Beranda Daerah Cerita Pabrik Tahu Bertahan Di Masa Pandemi

Cerita Pabrik Tahu Bertahan Di Masa Pandemi

LEUWISADENG – Cerita Budiyono seorang pengusaha pabrik tahu masih bertahan di masa pandemi Covid-19, tak jarang harus meminjam uang kepada orang lain untuk membayar gaji karyawannya.

Budiono pemilik pabrik tahu yang berlokasi di Kampung Paku, Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng itu mengaku, bahwa Pandemi Covid -19 turut mempengaruhi sektor usahanya tersebut.

“Jelas pengaruhnya besar, selain pemasarannya yang sepi kemudian bahan pokoknya kacang kedelai naik jadi untuk menutupi biaya-biaya karyawan, transportasi dan biaya tak terduga lain nya itu tidak mencukupi,” ungkap Budiono kepada wartawan pada, Senin (02/08/2021).

Budiyono mengatakan, bahwa dengan memiliki 11 orang karyawan, dirinya memasarkan tahu hasil produksinya itu ke tiga pasar seperti pasar Leuwiliang, Cigudeg dan Jasinga.

“Saat ini pemasarannya sepi di pasarnya karena orang (pembeli-red) kalau tidak penting-penting amat mah gak ke pasar dan daya beli masyarakat saat ini lemah ditambah bahan pokoknya naik,” katanya.

Baca Juga :  Ketika Politisi Bertemu: Momen Tak Terduga antara Elly Rachmat Yasin dan Jaro Ade di Bogor Timbulkan Banyak Spekulasi

Saat ini kata dia, harga kedelai sudah menurun, untuk perkilo nya Rp 10 ribu yang sebelumnya kata dia mencapai Rp 11 ribu. Namun, Budiono mengaku masih kebingungan dalam membagi penghasilan yang didapatkan dari hasil penjualan tahu di pasar.

“Kita usaha sekarang ini hanya bisa bertahan saja dimasa pandemi,” kata dia.

Sebelum pandemi covid-19, kata Budiono dalam satu hari dirinya bisa menggunakan bahan baku sampai 5 hingga 6 kwintal kedelai. Namun, dimasa pandemi ini dirinya hanya menggunakan 3 kwintal bahan baku kedelai saja.

“Dengan kondisi begitu ya kadang kadang untuk gaji karyawan saja tekor, kadang-kadang hari ini tekor, besok cukup ya begitu-begitu saja,” keluhnya.

Budiyono menjelaskan, bahwa jika tahu hasil produksinya itu tidak habis terjual di pasaran terpaksa harus dibuang akibatnya, dirinya harus menelan kerugian.

Baca Juga :  Wanhay Ungkap Strategi Partai Golkar Kabupaten Bogor: Konsolidasi dan Koalisi Menuju Pilkada 2024

“Karena kita tidak menggunakan bahan pengawet, jadi kalau tidak laku hari ini ya anggap lah tidak bisa dimakan. Karena pengecer atau pedagang di pasar itu hanya menjual saja, kalo laku setor kalau tidak laku ya sisanya di kembalikan lagi ke kita, kalo di kembalikan lagi ya kita buang,” cetusnya.

Budiyono berharap kepada pemerintah, agar memperhatikan pengusaha kecil seperti dirinya terlebih di masa pandemi covid-19 seperti saat ini.

“Artinya kita juga meminta solusi kepada pemerintah agar pengusaha kecil seperti kami ini yang bertahan di masa pendemi seperti sekarang ini dan mudah-mudahan pandemi segera berlalu agar prekonomian masyarakat bisa kembali pulih,” harapnya. (Fahri)

Artikulli paraprakLaunching Samsisade, Jalan Poros Vila Ciomas di Betonisasi
Artikulli tjetërTingginya Animo Masyarakat Ingin di Vaksin, Nakes di Nanggung Kewalahan Kurang nya Stock Vaksin