Bogor-Kota Bogor kembali mencatatkan rekor baru penambahan harian pasien positif Covid-19. Tercatat, selama tiga hari berturut-turut, ada tambahan 74 kasus baru pasien yang terpapar virus corona. Jumlah itu tentunya menimbulkan kekhawatiran akan ketersediaan kamar penanganan pasien positif yang mulai menipis.
Berdasarkan data tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Bogor, ada 20 rumah sakit dan 25 puskesmas dengan 2.000 tempat tidur yang tersedia di Kota Bogor. Namun, dari 45 fasilitas kesehatan yang tersedia, hanya ada 350 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien positif Covid-19.
Sementara di Kota Bogor, terhitung pada Senin (31/8), ada 235 pasien positif yang menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. Artinya, tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien positif hanya tersedia sebanyak 115 buah. Jumlah itu tentunya cukup mengkhawatirkan di tengah Kota Bogor saat ini berstatus zona merah.
Ketua GTPP Covid-19, Dedie A Rachim, membenarkan bahwa untuk saat ini ada sekitar 20 rumah sakit dan 25 puskesmas yang ada di Kota Bogor dengan jumlah kurang lebih ada 2.000 tempat tidur pasien. Namun untuk pasien Covid-19 tersedia sekitar 350 tempat tidur.
Untuk itu, pihaknya kini sedang memilih pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) yang bisa diisolasi dengan fasilitas khusus. Dedie juga berniat menggandeng pihak Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menampung pasien OTG. ”Saat ini sedang dibicarakan dengan BNN yang memiliki sarana di Lido untuk 40-an bed (tempat tidur, red). Yang ke Lido untuk mereka yang OTG atau tanpa gejala medis,” singkat Dedie kepada Metropolitan, kemarin.
Sementara itu, di tengah meningkatnya pasien positif Covid-19 di Kota Bogor, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor saat ini sedang berada di status siaga. Hal itu diakui Dirut RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir. ”Iya, kondisi kita saat ini siaga, karena jumlah pasien positif yang masuk terus mengalami kenaikan,” kata Ilham kepada Metropolitan.
Saat ini, menurutnya, dari total 120 kasur yang disiapkan RSUD Kota Bogor untuk menangani pasien Covid-19, sebanyak 82 tempat tidur sudah terisi dan masih memungkinkan untuk bertambah. Untuk itu, dalam mengantisipasi jumlah pasien membeludak, pihaknya akan menyediakan tempat tidur tambahan sebanyak seratus buah. ”Sudah ada 82 tempat tidur yang terisi, ada kemungkinan naik lagi. Tapi kita sudah menyiapkan tempat tidur sebanyak seratus untuk jaga-jaga,” ujarnya.
Di sisi lain, Ilham juga menyampaikan opsi lain agar tidak terjadi over capacity di RSUD Kota Bogor. Yakni dengan cara memindahkan pasien berstatus OTG ke wisma atlet yang ada di Jakarta. ”OTG ini nantinya akan dipindah ke wisma kalau memungkinkan, dan yang sudah sembuh bisa dipulangkan,” imbuhnya.
Soal kondisi tenaga kesehatan (nakes) yang ada di RSUD, jelas Ilham, mulai mengkhawatirkan. Di mana dari 400 nakes yang difungsikan untuk menangani Covid-19, 250 di antaranya merupakan nakes perbantuan dari nakes ICU sampai perawat. ”Mau tidak mau, kami menarik dari pelayanannya rawat inap. Rawat inap non-Covid-19 bergabung ke Covid-19 dengan sistem rotasi,” jelasnya.
Untuk itu, Ilham berpesan kepada masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan dan terus memanjatkan doa agar pandemi ini cepat berlalu. ”Kalau saya bilang, disiplin kita adalah vaksin kita. Masker, social distancing, jangan keluar lah. Jangan ke tempat keramaian. Cuci tangan dan berdoa,” imbaunya.
Sekadar diketahui, usai ditetapkannya Kota Bogor sebagai zona merah, kasus terkonfirmasi positif di Kota Bogor malah menanjak. Berdasarkan data yang disampaikan tim GTPP Covid-19 Kota Bogor pada Senin (31/8), terdapat penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 30 kasus.
”Terdapat penambahan kasus positif sebanyak 30 kasus. Sedangkan untuk orang yang dinyatakan sembuh ada 20 kasus dan satu orang dinyatakan meninggal,” ungkap Juru Bicara (Jubir) GTPP Covid-19 Kota Bogor, Sri Nowo Retno, dalam keterangan tertulisnya.
Penambahan kasus positif ini menambah catatan kelam Kota Bogor dalam tiga hari terakhir. Tercatat pada Jumat (28/8) terjadi penambahan kasus sebanyak 15 kasus, pada Sabtu (29/8) 21 kasus dan Minggu (30/8) 23 kasus. Jika ditotal, penambahan kasus positif usai Kota Bogor masuk zona merah sebanyak 89 kasus.
Wali Kota Bogor Bima Arya menjelaskan naiknya kasus positif di Kota Bogor disebabkan tiga faktor. Di antaranya hasil tracing aktif, tes masif dan keinginan warga yang merasa memiliki gejala Covid-19 untuk melakukan swab mandiri. ”Jadi 49 persen karena tracing aktif, 15 persen swab massal, tujuh persen skrining dan sisanya notifikasi dari luar,” kata Bima.
Bima menyebut sejauh ini kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor masih didominasi klaster rumah tangga. Di mana sebanyak 45 klaster aktif tersebar di Kota Bogor dengan jumlah orang terkonfirmasi positif kurang lebih 200 orang. ”Kami imbau mulai hari ini dan ke depan agar masyarakat tidak keluar rumah. Kita juga sudah memberlakukan jam malam. Karena dari kasus positif diketahui dikarenakan mobilitas yang tinggi,” ujarnya.
Di sisi lain, meski tetangganya, Kota Bogor dan Kota Depok, sudah memberlakukan jam malam, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor belum mau memberlakukan kebijakan yang sama. Hal itu diputuskan lantaran Kabupaten Bogor saat ini masih berstatus zona kuning. Sementara Kota Depok merupakan wilayah dengan status zona kuning.
Ketua GTPP Covid-19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin, menilai secara umum kondisi Kabupaten Bogor saat ini masih terkendali. Hal itu juga yang membuat Pemkab Bogor belum mau memberlakukan jam malam. ”Jam malam belum kita berlakukan. Mudah-mudahan Covid-19 masih terkendali,” kata Ade.
Ade mengaku banyak yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan jika Kabupaten Bogor memberlakukan jam malam. Seperti masih tingginya hilir mudik masyarakat yang bekerja dari Jakarta ke Bogor dan aktivitas masyarakat lainnya. Meski belum memberlakukan jam malam, Ade mengklaim Pemkab Bogor terus melakukan upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan masif melakukan operasi protokol kesehatan di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pra-Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang berlaku hingga 10 September mendatang. ”Kita gelar operasi masker secara masif. Lalu kita juga minimalisasi penyebaran Covid-19 dengan Desa Aman Covid. Tapi semoga masih bisa terkendali,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Ade Yasin, Pemkab Bogor juga akan menggalakkan kembali Desa Aman Covid-19. Terlebih desa-desa yang memang berbatasan langsung dengan Kota Bogor. ”Kita harus terus jaga kondisi ini. Salah satunya dengan mengampanyekan Desa Aman Covid-19,” imbuhnya.
Untuk itu, pihaknya meminta aparatur wilayah mengawasi proses pembentukan Desa Aman Covid-19. ”Saya kira ini adalah tugas kecamatan dan desa untuk membangun Desa dan Kampung Aman Covid-19,” ingatnya.
Ia juga meminta pemerintah wilayah mengawasi betul lokasi dan titik keluar-masuk desa dan kampung di wilayahnya. Serta menggalakkan kembali penerapan protokol kesehatan di lingkungan masyarakat. ”Jadi tidak bisa orang sembarang masuk. Kita juga harus mendeteksi kemungkinan masyarakat hilir mudik dari daerah zona merah. Saya juga minta pemerintah wilayah terus sosialisasikan protokol kesehatan di tengah masyarakat,” tekannya.
Sumber:Metropolitan