Beranda Nasional Saksi Tragedi Kanjuruhan : Polisi Seperti Menolak Menolong Korban yang Kena Gas...

Saksi Tragedi Kanjuruhan : Polisi Seperti Menolak Menolong Korban yang Kena Gas Air Mata

BOGOR, PUBLIKBICARA.COM ‐‐
Seorang suporter Arema FC atau Aremania berinisial X yang jadi saksi tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, mengaku sempat menyaksikan aparat polisi seperti menghalang-halangi dan menolak menolong korban yang terkena gas air mata di dalam stadion.

X bercerita saat itu melihat tiga orang pria membopong perempuan yang pingsan. Ketiga orang itu berjalan menuju mobil yang berada di sentel ban (lintasan tepi lapangan) dan meminta bantuan anggota Brimob. Namun, aparat malah mendorong mereka dengan tameng.

“Jadi keadaan sudah genting seperti itu, suporter wanita tadi yang dalam keadaan pingsan, dalam keadaan pingsan itu ditolak sama pihak Brimob, malah didorong-dorong dengan tameng yang dari fiber itu,” kata X dalam acara daring oleh YLBHI, Rabu (5/10).

“Seolah-olah, saya amati sangat jelas, bahasa mereka, kamu tadi bentrok dengan saya, sekarang walaupun saudara kamu wanita sedang pingsan kamu enggak usah minta tolong saya,” imbuhnya.

Lalu, kata X, ketiga pria itu bergerak ke arah selatan untuk meminta dibukakan pintu. Namun, mereka kembali ditolak. Sampai saat ini, X tidak tahu apakah perempuan dan ketiga pria itu selamat atau tidak.

“Dua kali lagi dari selatan. Akhirnya yang pertama ditolak Brimob enggak tahu keluar lewat mana. Saya enggak tahu hasil akhirnya selamat apa tidak,” ujarnya.

Baca Juga :  Jarang Diketahui Orang! Ini Daftar 21 Penyakit yang Tidak Daftar Dikaper BPJS Kesehatan

X kemudian menyaksikan lagi supporter perempuan yang dibopong. Mereka juga meminta bantuan yang sama, tetapi lagi-lagi ditolak oleh aparat polisi di dalam stadion.

“Tujuan mereka sama, mau mengevakuasi dan mempercepat pertolongan pertama. Dia menuju mobil polisi itu. Sama, perlakuan aparat waktu itu, orangnya juga sama, mereka menolak dan menghalang-halangi mereka,” jelas X.

“Itu suporter untuk mendekati mobil yang dikira mereka adalah mobil ambulans. Ditolak lagi dengan aparat yang tadi menolak permintaan si suporter. Orang sama yang menolak,” tambahnya.

Untuk ketiga kalinya, X menyaksikan hal serupa. Namun, kata dia, kali ini suporter yang meminta bantuan melawan dan menendang tameng aparat.

“Ditendang juga itu tameng, bukan si aparatnya. Saya tahu dari percekcokan mulut itu, kamu itu enggak punya hati, kamu lihat yang saya bawa ini suporter wanita yang sedang sekarat,” ujarnya.

X melihat para anggota polisi itu malah bertindak lebih arogan. Akhirnya mereka meninggalkan aparat dan bertolak ke arah VVIP. Namun, tetap tak mendapat bantuan.

“Mereka digotong dan tidak bisa apa-apa. Ternyata tidak ada pertolongan yang bisa diharapkan. Hanya kardus untuk membuat mereka itu buat kipas,” tutur X.

“Sementara dari yang lainnya, enggak ada bantuan sama sekali,” imbuhnya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan justru pihak kepolisian yang dihalang-halangi saat berupaya untuk membantu menyelematkan para suporter.

Baca Juga :  Meski Gagal di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Timnas Indonesia Dapat Tambahan Dana

Ia mengatakan hal ini merujuk pada rekaman CCTV di enam titik lokasi dengan jumlah korban terbanyak. Yakni CCTV di pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13.

“Anggota Polri justru pada saat mengevakuasi kepanikan tersebut, justru terjadi semacam, ibarat kata dihalang-halangi, kemudian dilempar sehingga terjadi lari malahan,” kata Dedi di Polres Malang, Rabu malam.

Lebih lanjut, Dedi menyampaikan bahwa tragedi Kanjuruhan ini harus dilihat secara menyeluruh. Mulai dari aturan, kondisi stadion, persyaratan pertandingan, hingga rencana darurat.

“Makanya saya sampaikan bahwa pada situasi normal, harus berbuat seperti apa, kemudian pada saat situasi kontijensi plan, dijalankan enggak, emergency plan-nya dijalankan enggak, itu didalami terus oleh tim,” tuturnya.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, terjadi usai pertandingan antara Arema FC lawan Persebaya dengan skor akhir 2-3, pada Sabtu (1/10) malam.

Beberapa pendukung Arema sempat masuk ke area lapangan setelah pertandingan berakhir.

Namun, polisi menembakkan gas air mata, sehingga penonton banyak yang luka-luka dan meninggal karena terinjak-injak dan sesak napas. Di antaranya ada pula aparat polisi yang meninggal.

Jumlah korban tewas disebutkan mencapai 131 orang.

Sumber : CNN Indonesia

Artikulli paraprak5 Point Janggal Dalam Tragedi Kanjuruhan yang Telan Korban Jiwa 131 Orang
Artikulli tjetërBos Indomaret Meninggal Dunia Tertabrak Truk Saat Bersepeda, Ini Faktanya