Publikbicara.com – Baru-baru ini, bagian utara Kerajaan Arab Saudi menjadi sorotan saat banjir dan hujan lebat melanda, menutup jalan dan bahkan memaksa penutupan sekolah-sekolah.
Rekaman dramatis yang beredar di media sosial memperlihatkan kekuatan alam yang mengagumkan, termasuk banjir bandang yang melanda provinsi Al-Ula dan Al-Madinah.
Daerah ini tidak hanya rumah bagi Masjid Al-Nabawi dan situs suci kedua umat Islam, tetapi juga tempat pemakaman Nabi Muhammad.
Tidak lama setelah negara tetangga, UEA dan Oman, dilanda banjir bandang, giliran Arab Saudi menghadapi tantangan serupa.
Fenomena ini tidak hanya menjadi perhatian karena kekuatan alam yang luar biasa, tetapi juga karena statusnya yang langka, sebagian disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin terasa.
Sementara beberapa menganggap ini sebagai kejadian alam yang tak terhindarkan, ada juga aspek-aspek manusiawi yang harus dipertimbangkan.
Banjir di Arab Saudi, seperti yang terjadi di Jeddah pada November 2022, menunjukkan masalah berulang karena kurangnya sistem drainase yang memadai.
Perencanaan kota pada abad ke-20 tidak mengantisipasi perubahan dramatis di daerah Semenanjung Arab yang biasanya gersang.
Dalam menghadapi situasi ini, pihak berwenang sedang menilai dampaknya.
Xirektorat Pertahanan Sipil memberikan imbauan kepada warga untuk berhati-hati dan menghindari daerah berisiko, sementara Pusat Meteorologi Nasional Saudi (NCM) mengeluarkan peringatan merah untuk wilayah Al-Madinah, menyarankan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dan badai petir.
Dengan demikian, di tengah kekuatan alam yang luar biasa ini, masyarakat dan pemerintah bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang dihadapi, sambil juga belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kesiapsiagaan di masa depan.