Beranda Kesehatan Ahli Kesehatan Khawatir Ancaman Virus Nipah Jadi Pandemi Berikutnya

Ahli Kesehatan Khawatir Ancaman Virus Nipah Jadi Pandemi Berikutnya

JAKARTA — Para ahli kesehatan di dunia khawatir dengan ancaman virus Nipah sebagai pandemi berikutnya setelah Covid-19 yang masih berlangsung. Berikut gejala virus Nipah, menurut WHO.

Sebagaimana dikutip dari situs WHO, infeksi virus Nipah adalah penyakit zoonosis yang ditularkan ke manusia dari hewan, dan juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung dari orang ke orang.

Tingkat kematian virus Nipah mencapai 75 persen dan sampai saat ini belum ada vaksinnya.

Berikut gejala virus Nipah yang jadi ancaman pandemi baru di Asia.

Gejala virus Nipah
Pada orang yang terinfeksi, virus Nipah dapat menyebabkan berbagai penyakit dari infeksi asimtomatik (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis atau radang otak fatal.

Baca Juga :  SAHAJA Bergegas Menyatukan Dukungan untuk Jaro Ade sebagai Bupati Bogor 2024 : Ini Kata Ketua AMS Kabupaten Bogor

Orang yang terinfeksi awalnya mengalami gejala termasuk:

  • demam
  • sakit kepala
  • mialgia (nyeri otot)
  • muntah
  • sakit tenggorokan.

“Ini dapat diikuti dengan pusing, mengantuk, kesadaran yang berubah, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut,” tulis WHO.

Beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, termasuk gangguan pernapasan akut.

Ensefalitis dan kejang bisa terjadi pada kasus yang parah, dan berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Masa inkubasi virus Nipah (interval dari infeksi hingga timbulnya gejala) diyakini berkisar dari 4 hingga 14 hari. Namun, masa inkubasi yang lama bisa mencapai 45 hari pun telah dilaporkan.

Kebanyakan orang yang selamat dari ensefalitis akut dan sembuh total, tetapi kondisi neurologis jangka panjang juga telah dilaporkan terjadi pada mereka yang selamat.

Baca Juga :  Perkuat Kearifan Lokal Melalui Kebijakan dan Pendidikan Sebagai Gerak Pembaharuan : Oleh Ra Dien

Sekitar 20 persen pasien mengalami konsekuensi neurologis residual seperti gangguan kejang dan perubahan kepribadian. Sejumlah kecil orang yang sembuh kemudian kambuh.

Tingkat kematian kasus virus Nipah diperkirakan 40-75 persen.

“Angka ini dapat bervariasi tergantung pada wabah tergantung pada kemampuan lokal untuk surveilans epidemiologi dan manajemen klinis,” ujar WHO.

Pengobatan virus Nipah
Saat ini tidak ada obat atau vaksin khusus untuk infeksi virus Nipah meskipun WHO telah mengidentifikasi Nipah sebagai penyakit prioritas dalam WHO Research and Development Blueprint.

Perawatan suportif intensif direkomendasikan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.

Sumber:Cnn Indonesia

Artikulli paraprakPesan Berantai Soal Vaksin Covid-19 Sinovac Bisa Rusak Otak Adalah Hoaks
Artikulli tjetërMendag Isyaratkan Perdagangan RI Tahun Lalu Terseok-seok