Beranda News Putra Bungsu Jokowi: Deal Ya Bali United?

Putra Bungsu Jokowi: Deal Ya Bali United?

JAKARTA – Bali United jadi pembicaraan belakangan ini. Bukan karena performa di lapangan, tetapi kasak-kusuk soal kepemilikan saham.

Beberapa hari lalu, Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengunggah foto dirinya di depan kantor Bali United. “Deal ya @BaliUtd?” demikian isi unggahan di Twitter itu.

Apakah Kaesang jadi pemilik baru Bali United? Seberapa besar kepemilikan saham Kaesang di sana? Apakah Kaesang jadi pemilik mayoritas?

Pertanyaan itu belum terjawab. Dalam cuitan-cuitan terbarunya di Twitter, Kaesang malah terkesan menyangkal bahwa dirinya memborong saham Laskar Tridatu.

Akan tetapi, mengutip catatan Refinitiv, ada perubahan komposisi kepemlikan saham Bali United. Seorang pemilik saham bernama Miranda (investor perseorangan) menjual 300.000 unit sahamnya. Kini saham Bali United milik Miranda tersisa 14,84 juta unit (0,25%).

Apakah saham milik Miranda itu beralih ke Kaesang? Belum ada yang tahu. Apalagi kemudian Kaesang malah menyatakan dukungannya ke sebuah klub yang berlaga di Liga 2 Kemungkinan besar Persis Solo, tim kebanggaan masyarakat Surakarta.

Baca Juga :  Mengenang Perjalana Sang Pendiri Mustika Ratu : Mooryati Soedibyo, Pionir Industri Kosmetik Herbal Indonesia

Well, apapun itu ‘ketertarikan’ Kaesang terhadap Bali United adalah sesuatu yang menarik. Apalagi dengan statusnya sebagai investor saham ritel yang patut diperhitungkan.

Namun apakah saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) semenarik itu? Bagaimana prospek industri sepakbola nasional?

Bali United masih menjadi satu-satunya klub sepakbola di Tanah Air yang menjual saham di Bursa Efek Indonesia. Persib Bandung (PT Persib Bandung Bermartabat) sudah lama menggulirkan wacana serupa, tetapi zonder eksekusi sampai detik ini.

Di luar negeri, apalagi Eropa, klub sepakbola yang ‘melantai’ di pasar saham bukan hal aneh. Di Inggris ada Manchester United, di Italia ada Juventus dan AS Roma, di Jerman ada Borussia Dortmund.

Baca Juga :  Ketika Politisi Bertemu: Momen Tak Terduga antara Elly Rachmat Yasin dan Jaro Ade di Bogor Timbulkan Banyak Spekulasi

Ini bisa dimaklumi karena sepakbola di Benua Biru sudah menjadi industri. Sepakbola bukan sekadar olahraga supaya sehat atau hiburan rakyat. Sepakbola adalah bisnis dan nilainya luar biasa.

Mengutip laporan firma keuangan Deloitte, 20 klub terkaya di Eropa meraup pendapatan EUR 8,2 miliar pada musim kompetisi 2019/2020. Berdasarkan data kurs tengah transaksi Bank Indonesia tertanggal 2 Maret 2021, EUR 1 setara dengan Rp 17.217,76. Jadi EUR 8,2 triliun setara dengan Rp 141,18 triliun. Luar biasa…

Oleh karena itu, singgungan antara sepakbola dan pasar keuangan menjadi mungkin. Sepakbola sudah menjadi industri yang bisa dikuantifikasi dengan uang.

Bagaimana dengan Indonesia? Well, sepertinya menyebut sepakbola sebagai industri saja belum layak…

Sumber : cnbc

Artikulli paraprakRilis 4 Maret, Yuk Kepoin Spesifikasi Redmi Note 10
Artikulli tjetërSatu Rumah Ambruk Diterjang Angin Kencang di Cibungbulang