Publikbicara.com – Aspal adalah bahan berwarna hitam kecoklatan yang memiliki konsistensi mulai dari cairan kental hingga padat.
Bahan Aspal ini diperoleh sebagai residu dari destilasi minyak bumi atau dari endapan alam.
Aspal terdiri dari senyawa karbon dan hidrogen dengan sedikit proporsi nitrogen, sulfur, dan oksigen.
Aspal alam juga dikenal sebagai brea, terbentuk dari pemecahan endapan organik awal yang kemudian menjadi minyak bumi dengan mineral khas.
Sifat fisik Aspal bervariasi berdasarkan komposisi kimianya, namun karakterisasi utamanya bergantung pada daya tahan dan reologi.
Daya tahan mengukur perubahan fisik Aspal seiring bertambahnya umur, di mana viskositasnya meningkat dan kekakuan serta kepecahannya bertambah.
Reologi mengacu pada sifat deformasi dan aliran aspal pada berbagai suhu, yang krusial dalam kinerja perkerasan jalan.
Keamanan juga menjadi pertimbangan penting dalam penggunaan Aspal.
Karena aspal dapat menguap pada suhu tinggi dan memiliki titik nyala yang harus dikendalikan untuk mencegah kebakaran.
Aspal yang digunakan dalam perkerasan jalan harus murni dari bitumen tanpa kotoran yang dapat merusak kinerja.
Di Indonesia, terdapat dua jenis utama Aspal:
Aspal alam yang berasal langsung dari alam tanpa proses pengolahan rumit, seperti yang ditemukan di Pulau Buton dan Danau Pitch, serta Aspal buatan yang dihasilkan dari proses rumit dari minyak bumi.
Aspal buatan ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti aspal keras, aspal cair, dan aspal emulsi, masing-masing dengan kegunaan dan aplikasi yang berbeda dalam konstruksi jalan.
Dengan demikian, Aspal tidak hanya menjadi komponen vital dalam infrastruktur jalan, tetapi juga memiliki variasi yang menarik dari segi sifat fisik, penggunaan, dan proses produksinya.