Beranda News Olahraga Adalah Alat Pemersatu Bangsa

Olahraga Adalah Alat Pemersatu Bangsa

BOGOR, PUBLIKBICARA.COM ‐‐
“Olahraga punya kekuatan untuk mengubah dunia. Olahraga punya kekuatan untuk menginspirasi. Olahraga punya kekuatan menyatukan rakyat dengan cara yang tidak bisa dilakukan orang lain.”

Demikian petikan pidato tokoh besar Afrika Selatan Nelson Mandela ketika menyampaikan pernyataan di malam penganugerahan Laureus Sports Awards pada 2000 silam.

Dalam momen itu Mandela hendak menyampaikan bahwa olahraga dapat menjadi pemersatu di tengah segala perbedaan sekaligus alat penghancur diskriminasi yang menggerogoti sendi kehidupan sosial.

Olahraga punya rekam jejak panjang sebagai pemersatu. Ketika Olimpiade edisi pertama bergulir pada 1896 lalu, sebanyak 14 negara sukses berkumpul dalam satu tempat dan waktu. Semangat persatuan lewat olahraga menjadi alasan Olimpiade dibuat.

Olahraga melalui Olimpiade tercatat menjadi ajang perdamaian ketika dihelat pada 1920 setelah Perang Dunia I. Begitu juga dengan Olimpiade 1948 usai Perang Dunia II. Negara-negara yang awalnya saling tembak di medan perang bisa kembali berada di tempat yang sama dan mengibarkan bendera secara berdampingan.

Pengamat olahraga nasional Eko Noer Kristiyanto berpendapat olahraga masih relevan mengikat tali persaudaraan di Indonesia. Ia menilai peran olahraga berevolusi lebih dari sekadar penyehat tubuh menjadi simbol perdamaian.

“Di masa modern ini olahraga adalah cara bendera-bendera negara bisa saling berkibar. Jadi lewat olahraga bangsa-bangsa itu posisinya tidak superior tapi satu,” kata Eko kepada CNNIndonesia.com.

Baca Juga :  Arus Balik: Perjalanan Emosional dalam Karya Pramoedya Ananta Toer

Melalui olahraga, dua kubu tentara Jerman dan Inggris bisa meletakkan senjata demi bisa bermain sepak bola bersama-sama pada ‘Christmas Truce’ atau gencatan senjata malam Natal pada 1914 silam di tengah pecah Perang Dunia I.

Begitu juga peran Didier Drogba yang mampu menghentikan perang saudara di Pantai Gading ketika membawa negaranya lolos ke Piala Dunia 2006.

Olahraga sudah terekam sebagai medium persatuan bangsa jauh sebelum merdeka. Itu dibuktikan lewat pendirian PSSI pada 19 April 1930. Para tokoh pendiri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia sepakat menjunjung misi persatuan lewat sepak bola.

Puluhan tahun kemudian, humanisme dalam olahraga masih terasa. Pada 2017 lalu, tiga pemain Bali United yakni Ngurah nanak, Yabes Roni, dan Miftahul Hamdi merayakan gol dengan latar belakang agama masing-masing.

Begitu pula ketika atlet pencak silat Hanifan Yudani Kusumah menyita perhatian setelah memeluk Prabowo Subianto dan Joko Widodo setelah meraih medali emas di Asian Games 2018. Momen humanis itu menjadi pendingin suhu panas politik Indonesia jelang pemilihan presiden 2019.

Eko menyoroti peran olahraga sebagai sarana pemersatu ketika membawa nama Indonesia di pentas internasional. Sebab dalam konteks sepak bola, fanatisme pendukung klub-klub begitu terasa, namun ketika membawa nama Timnas Indonesia perbedaan itu mendadak sirna.

Baca Juga :  Pertandingan Pembuka Piala Asia U-23 : Garuda Muda Kalah dengan Penuh Kontroversi

“Jadi ada semacam paradoks ketika membela klub kita terpecah, tapi ketika membawa nama Timnas kita bersatu. Itulah peran olahraga yang bisa meruntuhkan energi negatif,” ucapnya.

Suporter memberi dukungan untuk Timnas Indonesia U-16 saat melawan Timnas Vietnam U-16 dalam laga final Piala AFF U-16 2022 di Stadion Maguwoharjo, Depok, Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat (12/8/2022). Timnas Indonesia U-16 berhasil menjuarai Piala AFF U-16 2022 setelah mengalahkan Timnas Vietnam U-16 dengan skor 1-0. (CNN Indonesia / Andry Novelino)Walaupun sering berselisih di level klub, suporter dinilai bisa bersatu saat mendukung Timnas Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Menyambut perayaan Hari Kemerdekaan ke-77 Indonesia, sudah saatnya olahraga masih dipakai sebagai ujung tombak perdamaian. Rekam jejak yang ada membuktikan melalui olahraga rakyat Indonesia bisa menyatukan perbedaan mendukung warna bendera yang sama.

“Olahraga adalah perwujudan universal bahwa itu adalah hal humanis. Kalau dikaitkan dengan pidato Jokowi hari ini [16 Agustus] tentang politik identitas, semestinya perselisihan bisa lebur dengan olahraga,” kata Eko.

“Olahraga jadi alat pemersatu itu sudah tepat. Karena perbedaan itu bisa samar ketika membawa satu nama, kalau di kita tentu Indonesia,” tutupnya.

Sumber : CNN Indonesia

Artikulli paraprakUpacara HUT RI ke- 77, Presiden Jokowi Kenakan Pakaian Adat Dolomani Dari Buton
Artikulli tjetërBaru 2 Bulan Melahirkan, Ibu di Tasik Meninggal Saat Ikut Balap Karung