Publikbicara.com — Kasus hilangnya Alvaro Kiano Nugroho (6) berakhir dengan tragedi memilukan. Polisi menetapkan ayah tirinya, Alex, sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan setelah mengungkap rangkaian aksi keji yang dilakukan pelaku hanya dalam waktu satu malam.
Alvaro dijemput dari Masjid Jami Al-Muflihun, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada 6 Maret 2025. Modusnya sederhana: Alex mengajak dengan iming-iming membeli mainan. “Karena dijemput di masjid mau dibeliin mainan, makanya mau,” ujar nenek korban, Sayem.
Namun keesokan harinya, bocah itu ditemukan tewas. Menurut polisi, Alvaro dibunuh saat menangis mencari kakeknya.
Pelaku diduga menutup mulut korban dengan handuk hingga tewas. “Katanya Alex kesel, terus dikep pakai anduk… ternyata sudah enggak ada,” kata Sayem.
Setelah panik, pelaku membawa jasad Alvaro ke Bogor, menitipkannya pada adiknya, lalu membuangnya di aliran kali dekat Jembatan Cilalay, Desa Singabraja.
Jasad ditemukan dalam kondisi mengenaskan: dibungkus plastik, diikat ke batang pohon, dan sudah membusuk hingga menimbulkan bau menyengat yang semula dikira bangkai hewan.
Ironisnya, selama proses pencarian, Alex sempat berpura-pura ikut membantu keluarga. Ia kemudian ditangkap dan menjadi tersangka utama. Polisi telah melakukan pra-rekonstruksi di lokasi penculikan dan lokasi pembuangan jasad.
Namun penyidikan terhenti mendadak. Beberapa hari setelah ditahan, Alex ditemukan tewas diduga bunuh diri di ruang tahanan Polres Metro Jakarta Selatan.
Kematian ini memunculkan pertanyaan mengenai pengawasan tahanan dan kelanjutan pendalaman motif pelaku.
Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan membuka kembali sorotan publik terhadap isu keamanan anak serta sistem pengawasan tersangka dalam tahanan.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow
