Beranda News Perang Thailand vs Kamboja Memanas: Saling Serang Artileri Berat dan Tuduhan Penggunaan...

Perang Thailand vs Kamboja Memanas: Saling Serang Artileri Berat dan Tuduhan Penggunaan Bom Klaster

Publikbicara.com–Phnom Penh – Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali memuncak dalam eskalasi konflik bersenjata paling serius dalam lebih dari satu dekade.

Bentrokan yang terjadi sejak Rabu kini memasuki hari kedua, dengan laporan saling tembak menggunakan artileri berat di sepanjang perbatasan kedua negara.

Mengutip laporan Channel News Asia (CNA), Jumat (25/7), militer Thailand menyatakan bahwa pasukan Kamboja melakukan pengeboman intensif menggunakan senjata berat, termasuk artileri lapangan dan sistem roket BM-21.

READ  “Agak Laen”: Komedi Horor Kocak yang Jadi Viral karena Kejadian Mistis

Sebagai respons, Thailand mengklaim telah membalas dengan “tembakan proporsional” yang disesuaikan dengan kondisi taktis di lapangan.

Namun, konflik ini tak hanya berhenti pada adu senjata. Pihak Kamboja menuduh militer Thailand menggunakan bom curah (cluster munition) di wilayah Preah Vihear provinsi perbatasan yang menjadi titik panas konflik.

Tuduhan ini disampaikan oleh Cambodian Mine Action and Victim Assistance Authority, yang menyebut bahwa serangan menggunakan munisi tandan terjadi dua kali dalam rentang 90 menit, dan membahayakan komunitas sipil di sekitar lokasi.

READ  Laga Panas Indonesia vs Thailand di Semifinal AFF U-23: Duel Tak Terkalahkan

“Ini adalah pelanggaran serius terhadap norma-norma kemanusiaan,” ungkap lembaga tersebut dalam pernyataan resminya.

Hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri Thailand belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut.

Ketegangan yang meningkat ini memunculkan kekhawatiran baru mengenai dampak konflik terhadap masyarakat sipil serta stabilitas kawasan.

READ  Laga Panas Indonesia vs Thailand di Semifinal AFF U-23: Duel Tak Terkalahkan

Konflik di perbatasan Thailand-Kamboja, terutama di sekitar candi kuno Preah Vihear, telah lama menjadi sumber gesekan politik dan militer.

Situasi terbaru ini kembali menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian yang ada, dan perlunya upaya diplomatik mendesak demi mencegah jatuhnya korban lebih banyak.

Perkembangan situasi masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda deeskalasi dalam waktu dekat. Masyarakat internasional pun mulai menyoroti potensi krisis kemanusiaan yang lebih luas jika konflik terus berlanjut.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakHasto Kristiyanto Divonis 3,5 Tahun Penjara dalam Kasus Suap PAW Harun Masiku
Artikulli tjetërKomoditas Harga Beras Jadi Pembahasan, Ini Pesan Mendagri