Publikbicara.com– Di balik deklarasi berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948, terdapat kisah panjang yang berlumur darah dan teror.
Sejarah mencatat bahwa lahirnya negara baru ini tak lepas dari sepak terjang tiga kelompok milisi bersenjata Zionis Haganah, Irgun, dan Lehi (juga dikenal sebagai Gang Stern) yang menebar kekerasan di tanah Palestina.
Ketiga milisi ini bukan hanya bertempur melawan pasukan Inggris yang saat itu menguasai wilayah Palestina, tetapi juga gencar melakukan penyerangan terhadap desa-desa Arab Palestina.
Sasaran mereka mencakup warga sipil, infrastruktur penting, bahkan aparat keamanan kolonial Inggris. Aksi mereka tak jarang berupa pembunuhan dan pengeboman yang sistematis.
Teror untuk Mendirikan Negara
Tujuan dari teror ini sangat jelas: memaksa Inggris angkat kaki dari Palestina, menciptakan ketakutan massal di kalangan warga Arab, dan membuka jalan bagi pendirian negara Yahudi.
Profesor David A. Charters, sejarawan militer dari Universitas New Brunswick, Kanada, menegaskan bahwa “terorisme Yahudi pada 1940-an memiliki tujuan strategis yang jelas.”
Dalam artikelnya Jewish Terrorism and the Modern Middle East yang dikutip oleh TRT World, Charters menjelaskan bahwa kekerasan milisi Zionis melemahkan kendali Inggris dan mempercepat keputusan mereka untuk menarik diri dari Palestina.

“Hal ini menciptakan kondisi yang memfasilitasi berdirinya negara Israel, yang pada gilirannya menyebabkan eksodus besar-besaran warga Arab Palestina,” ujarnya.
Pakar militer Amerika, John Lois Peeke, dalam bukunya Jewish-Zionist Terrorism and the Establishment of Israel, bahkan menulis bahwa terorisme adalah bagian inheren dari gagasan Zionisme itu sendiri.
“Terorisme Yahudi terhadap Inggris dan Arab berkontribusi besar terhadap pengusiran Inggris, pengabaian mandat Liga Bangsa-Bangsa, dan pendirian negara Yahudi,” tulis Peeke.
Rentetan aksi teror dilakukan tanpa banyak konsekuensi hukum. Pada Oktober 1945, milisi Yahudi melancarkan serangan serentak ke rel kereta api, kilang minyak, dan kapal-kapal polisi di Palestina.
Ini menjadi titik awal pemberontakan bersenjata selama dua tahun yang meruntuhkan otoritas Inggris di kawasan tersebut.
Salah satu serangan paling menggemparkan terjadi pada Juli 1946. Kelompok Irgun meledakkan Hotel King David di Yerusalem, markas pemerintahan kolonial Inggris, menewaskan 92 orang.
Aksi ini disebut banyak media internasional saat itu sebagai serangan teroris paling mematikan di Timur Tengah kala itu.
Peeke mencatat bahwa serangan terhadap Hotel King David dilakukan sebagai balasan atas penggerebekan Inggris terhadap Jewish Agency, serta untuk menghancurkan dokumen yang bisa menghubungkan badan tersebut dan tokoh-tokoh penting seperti David Ben Gurion dengan aksi-aksi terorisme yang dilakukan Haganah.
Haganah dan Ben Gurion: Dari Milisi ke Militer Resmi
Haganah bukanlah kelompok milisi biasa. Ia merupakan sayap bersenjata dari Jewish Agency for Palestine, organisasi yang dibentuk oleh gerakan Zionis global hasil Kongres Zionis pertama di Basel, Swiss, tahun 1897.
Tokoh sentral dalam organisasi ini adalah David Ben Gurion, yang menjabat sebagai presiden Jewish Agency sejak 1935 hingga proklamasi Israel.
Perannya dalam Haganah sangat besar, dan kelak ia menjadi perdana menteri pertama Israel.
Nama Haganah sendiri berarti “pertahanan”, yang kemudian menjadi dasar penamaan angkatan bersenjata resmi Israel, yaitu Israel Defense Forces (IDF).
Dari Teror Menuju Negara
Terorisme Zionis pada 1940-an, seperti yang diuraikan oleh Charters dan Peeke, menjadi fondasi berdirinya negara Israel dari taktik militer hingga pembentukan institusi pertahanan.
Namun bagi warga Arab Palestina, ini bukan sekadar pembentukan negara baru. Ini adalah awal dari sebuah tragedi kemanusiaan: pengusiran massal, kehilangan tanah kelahiran, dan konflik panjang yang masih membara hingga hari ini.
Di balik bendera biru-putih Israel, terdapat kisah gelap yang masih menjadi luka terbuka di tanah yang dijanjikan kepada dua bangsa.
Dan sejarah pun mencatat, bahwa sebuah negara bisa lahir bukan hanya dari diplomasi, tapi juga dari peluru, bom, dan derita.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













