Publikbicara.com – Teheran, 25 Juni 2025, Ketegangan geopolitik Timur Tengah memasuki babak baru.
Salah satu media terkemuka Iran, Tehran Times, merilis laporan eksklusif yang mengejutkan dunia: Israel dituduh merancang sebuah serangan bom di Amerika Serikat untuk kemudian memfitnah Iran sebagai pelakunya.
Laporan itu mengungkap bahwa rencana tersebut disusun untuk memicu konflik besar antara Iran dan Amerika Serikat.
Disebutkan, Israel berencana menciptakan peristiwa pengeboman berskala besar di wilayah AS, lalu secara sistematis menyusun bukti palsu guna menyudutkan Iran di mata dunia.
“Iran mengetahui rencana jahat ini melalui informasi strategis dari negara sahabat dan langsung mengirimkan pesan peringatan kepada pejabat tinggi AS,” tulis Tehran Times dalam laporan edisi 25 Juni 2025.
Langkah cepat Iran itu disebut berhasil mencegah potensi serangan dan memperlihatkan upaya serius Teheran dalam menghindari perang besar yang bisa memicu kekacauan global.
Namun, pengungkapan ini juga memperkuat pandangan bahwa konflik antara Iran dan Israel kini tak hanya sebatas serangan rudal, tetapi juga sudah menyentuh skenario intelijen berisiko tinggi.
Serangan Israel Jadi Titik Awal Konflik
Ketegangan memuncak sejak Jumat, 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan mendadak ke berbagai wilayah strategis di Iran.
Serangan tersebut menghantam markas besar Garda Revolusi Iran (IRGC), depot amunisi di Kermanshah, pangkalan militer Piranshahr, hingga situs pertahanan udara Hazrat-e Masoumeh.
Beberapa tokoh penting Iran turut menjadi korban, termasuk sejumlah jenderal IRGC dan ilmuwan nuklir, yang disebut sengaja ditarget menggunakan rudal presisi tinggi.
Iran Balas dengan Serangan Besar
Sebagai respon, Iran melancarkan serangan balasan yang menghantam pusat-pusat strategis di wilayah Israel.
Kota Tel Aviv dan beberapa kota besar lainnya mengalami kerusakan parah. Serangan ini menimbulkan banyak korban jiwa dan membuat wilayah Israel dalam keadaan darurat nasional.
Ketegangan semakin meningkat ketika Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, ikut turun tangan.
AS menjatuhkan bom ke tiga fasilitas nuklir Iran Natanz, Fordow, dan Isfahan. Langkah itu memicu kekhawatiran internasional akan potensi pecahnya Perang Dunia Ketiga.
Rusia Dukung Iran, Iran Serang Balik ke AS
Menanggapi serangan AS, Menteri Luar Negeri Iran segera terbang ke Moskow dan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Tak lama setelah pertemuan itu, Rusia menyatakan dukungan terbuka terhadap Iran dan menyebut akan memberikan bantuan militer jika dibutuhkan.
Selang beberapa hari, Iran menyerang pangkalan militer AS di Qatar dengan rudal jarak jauh menjadi balasan langsung atas keterlibatan Washington dalam konflik tersebut.
Trump Pilih Jalan Damai
Di tengah eskalasi yang mengkhawatirkan, Presiden AS Donald Trump mengambil langkah mengejutkan.
Dalam konferensi pers pada Selasa, 24 Juni, Trump menyatakan telah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Ia juga menegaskan bahwa AS tidak akan melakukan serangan balasan terhadap Iran.
Trump bahkan meminta Israel menghentikan segala bentuk agresi militer, dengan alasan menghindari konflik berkepanjangan yang dapat menyeret AS ke dalam perang besar.
Dunia Waspada, Perang Informasi Terus Bergulir
Meski gencatan senjata sudah diumumkan, atmosfer ketegangan belum sepenuhnya mereda.
Pengungkapan rencana “false flag” yang dituduhkan kepada Israel menunjukkan bahwa perang kini juga terjadi di ranah informasi dan opini publik internasional.
Sejumlah analis menyebut ini sebagai bentuk pergeseran strategi perang, dari medan tempur ke arena manipulasi dan diplomasi berisiko tinggi.
Dengan latar belakang perang 12 hari yang mengguncang dan konflik berkepanjangan antara dua negara musuh bebuyutan, dunia kini menanti.
Apakah perdamaian benar-benar mungkin, atau ini hanya jeda sebelum badai yang lebih besar?***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













