Publikbicara.com — Sebuah kisah cinta yang mengiris, dibalut nada-nada pilu khas campursari, hadir dalam film Sobat Ambyar.
Film ini tak hanya menyajikan cerita romansa, namun juga menjadi persembahan emosional untuk mengenang sang maestro patah hati, Didi Kempot.
Dengan latar Jawa yang kental dan atmosfer musik yang menyentuh, Sobat Ambyar mengisahkan perjalanan Jatmiko (diperankan Bhisma Mulia), seorang pria sederhana yang merasakan manisnya jatuh cinta dan getirnya patah hati.
Kehadirannya yang tulus justru diuji ketika ia jatuh hati pada Saras (Denira Wiguna), perempuan cantik yang datang membawa cahaya sekaligus luka.
Hubungan Jatmiko dan Saras yang bermula dari ketertarikan perlahan berubah menjadi drama emosi yang pelik.
Keduanya menghadapi pasang surut perasaan, seperti alunan lirik lagu Didi Kempot yang penuh kesedihan namun tetap indah didengar.
Lagu-lagu seperti Pamer Bojo, Stasiun Balapan, hingga Cidro tidak hanya mengiringi kisah mereka, tapi juga menggambarkan kedalaman rasa yang dirasakan jutaan Sobat Ambyar di luar layar.
Film ini bukan hanya cerita tentang cinta yang kandas, tetapi juga refleksi tentang ketulusan, kehilangan, dan bagaimana musik mampu menjadi pelipur lara.
Sebuah sajian sinema yang bisa membuat penonton tertawa, tersenyum getir, dan akhirnya menangis bersama kenangan.
Disutradarai oleh Charles Gozali dan produsernya yang juga mendiang Didi Kempot, Sobat Ambyar menjadi pengingat bahwa patah hati bukanlah akhir dari segalanya—terkadang, itu hanyalah awal dari lagu yang paling indah.
Bagi para penggemar setia Lord Didi dan penikmat kisah cinta yang membumi, Sobat Ambyar adalah sajian yang layak ditonton. Sebuah perayaan akan cinta yang sederhana, luka yang dalam, dan musik yang tak pernah mati.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













