Publikbicara.com – Di tengah lalu lintas kendaraan dan deru kehidupan yang terus berjalan cepat, seorang remaja bernama Adnan (16) mengayuh sepedanya perlahan, namun penuh harapan.
Perjalanan nekat dari Brebes, Jawa Tengah, menuju Jawa Barat ini bukanlah petualangan biasa. Ia bukan sedang berolahraga, bukan pula bertamasya.
Ia mengayuh sepeda seorang diri hanya untuk satu tujuan: bertemu Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Kisahnya mulai menyebar dan menggugah hati banyak orang saat ia ditemukan dalam kondisi kelelahan oleh aparat Polsek Pagaden, Kabupaten Subang, pada Senin malam (9/6/2025).
“Semalam kami ngobrol sambil makan bersama. Ia masih sangat muda, 16 tahun, dan punya tekad yang luar biasa,” ujar Kapolsek Pagaden, AKP Ikin Sodikin, kepada media.
Adnan bukan sekadar remaja biasa. Ia adalah yatim piatu, yang selama ini hanya hidup bersama sang nenek.
Namun saat Idul Adha lalu, sang nenek meninggal dunia. Sejak saat itu, Adnan benar-benar sendiri di dunia.
“Adnan tidak punya siapa-siapa lagi. Itulah yang mendorongnya menempuh perjalanan jauh dengan sepeda. Ia ingin bertemu Pak Dedi Mulyadi, karena menganggap beliau sebagai sosok pemimpin yang bisa menolong,” jelas Ikin.
Dengan bekal seadanya dan hanya berpedoman arah, Adnan mengayuh sepeda menuju Jawa Barat.
Tekadnya kuat, meski tubuh remajanya tentu belum terbiasa menempuh perjalanan sejauh itu.
Setelah kisahnya viral dan menyentuh banyak hati, termasuk kalangan pejabat, Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma, segera mengambil tindakan.
Selasa dini hari, ia menjemput langsung Adnan di Mapolsek Pagaden dan membawanya pulang ke Brebes.
“Saya tidak akan membiarkan Adnan sendirian. Pemerintah Kabupaten Brebes akan menanggung semua biaya sekolah dan kebutuhan hidupnya. Ini tanggung jawab kami, dan juga panggilan kemanusiaan,” tegas Paramitha.
Adnan kini kembali ke Brebes, namun tidak lagi sendiri. Kepedulian dari berbagai pihak mulai mengalir. Kapolsek Pagaden pun berharap banyak orang bisa ikut membantu.
“Semoga banyak dermawan yang peduli. Saya yakin, anak ini akan sukses di masa depan karena ketabahan dan semangatnya,” kata AKP Ikin.
Perjalanan sunyi Adnan bukan hanya soal jarak yang ditempuh. Ia mencerminkan kerinduan akan kasih sayang, harapan yang tulus dari seorang remaja, serta kekuatan tekad di tengah keterbatasan.
Ia mungkin hanya seorang anak 16 tahun dengan sepeda tua, tapi hatinya memancarkan semangat luar biasa—yang hari ini menggerakkan perhatian satu daerah, mungkin juga satu bangsa.
Catatan: Kisah Adnan mengingatkan kita bahwa di balik angka dan statistik, masih banyak anak-anak Indonesia yang hidup dalam kesunyian dan kekurangan.
Namun, mereka juga punya mimpi, dan kadang hanya perlu satu tangan yang merangkul untuk membangkitkannya.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













