Publikbicara.com – Di tengah kekhawatiran akan menurunnya minat generasi muda terhadap sejarah dan kebudayaan lokal, Pemerintah Kabupaten Bogor mengambil langkah progresif.
Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543, Pemkab menggelar pameran budaya bertajuk “Warisan Karya Leluhur”, yang berlangsung sejak Senin (9/6) hingga Minggu (15/6/2025) di sebuah pusat perbelanjaan modern di Cibinong.
Namun ini bukan pameran biasa. Mengusung konsep digital dan visual interaktif, pameran ini mengajak pengunjung khususnya anak muda untuk mengalami sejarah, bukan sekadar melihatnya.
“Ini bukan sekadar pameran pusaka, tapi strategi literasi budaya yang adaptif,” ujar Yudi Santosa, Ketua Panitia HJB 543, mewakili Bupati Bogor, Selasa (10/6).
Salah satu atraksi utama dalam pameran ini adalah LED tunnel tiga dimensi yang membawa pengunjung pada “lorong waktu” visual, mulai dari era Kerajaan Tarumanegara abad ke-4 hingga masa kejayaan Kesultanan Cirebon abad ke-16.
Pengalaman ini bukan hanya estetik, tapi juga edukatif, menghidupkan kembali peristiwa sejarah dalam format digital yang mudah diakses oleh generasi visual-native.
Selain itu, pengunjung bisa melihat langsung benda-benda pusaka otentik dari Kesultanan Cirebon, Kerajaan Sumedang Larang, dan Kerajaan Pajajaran, memperkuat koneksi antara warisan sejarah dan identitas lokal.
“Kami ingin menciptakan pengalaman yang menggerakkan rasa ingin tahu. Anak-anak dan remaja tidak hanya melihat benda mati, tapi ikut masuk dalam cerita leluhur,” ujar Ria Marlisa, Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
Lebih dari sekadar seremonial, pameran ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya komunitas “Sahabat Sejarah Kabogor”, sebuah gerakan warga yang aktif melestarikan nilai budaya lokal.
“Kami ingin warga Bogor bukan hanya tahu sejarah, tapi juga bangga terhadap budayanya. Ketika sejarah dikemas menarik, literasi budaya justru bisa jadi ruang inspirasi,” tutur Yudi.
Budaya Tak Harus Kaku, Kini Hadir dengan Gaya Baru
“Warisan Karya Leluhur” menjadi bukti bahwa sejarah dan budaya tidak harus selalu dibingkai dalam narasi kaku dan usang. Di era digital, pendekatan baru justru memperbesar peluang untuk menghadirkan budaya sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Kabupaten Bogor dengan berani membuka jalan bahwa budaya bukan hanya untuk diingat, tapi untuk dihidupkan kembali, dengan cara yang sesuai zaman.
Budaya bukan sekadar nostalgia. Di Bogor, ia menjadi masa depan yang dilihat dari kaca mata masa kini.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













