Beranda News Danantara Masuk Radar: Indonesia Bersiap Ambil Alih Arah Akuisisi GoTo oleh Grab

Danantara Masuk Radar: Indonesia Bersiap Ambil Alih Arah Akuisisi GoTo oleh Grab

Publikbicara.com– Rencana akuisisi GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) oleh raksasa teknologi asal Singapura, Grab Holdings Ltd., memunculkan dinamika baru dengan munculnya nama Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dalam pusaran transaksi senilai 7 miliar dolar AS.

Jika terealisasi, langkah ini bukan sekadar transaksi bisnis—tetapi juga dapat menjadi kunci keterlibatan negara dalam mengamankan masa depan salah satu ikon teknologi nasional.

Mengutip laporan Bloomberg, Danantara dilaporkan tengah menjajaki peluang untuk mengambil saham minoritas dalam entitas gabungan antara GoTo dan Grab.

READ  Momentum Idul Adha: DPD KNPI Kabupaten Bogor Tebar Kepedulian Lewat Kurban

Diskusi ini masih dalam tahap awal, namun sudah cukup menggugah perhatian elite ekonomi dan politik.

Langkah tersebut diyakini sebagai strategi untuk meredam kekhawatiran tentang dominasi asing terhadap salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia.

Sumber yang dekat dengan proses menyebutkan bahwa pemerintah ingin memastikan agar GoTo—yang selama ini digadang-gadang sebagai kebanggaan industri teknologi Tanah Air—tidak sepenuhnya jatuh ke tangan asing.

READ  Pedoman Siber Media

“Dengan masuknya Danantara, Indonesia bisa tetap punya suara dalam arah strategis perusahaan ke depan,” ujar sumber tersebut.

Sementara itu, pembicaraan antara Grab dan GoTo disebut telah mencapai kemajuan dalam menyusun struktur kesepakatan.

Namun, proses itu kini melambat karena pertimbangan regulasi, termasuk kekhawatiran akan potensi monopoli.

READ  Sebelum 7 Hari” (2025): Teror Mistis Menjelang Kamis Kliwon

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sudah lebih dulu angkat suara pada Mei lalu, menyatakan bahwa akuisisi semacam ini harus ditelaah ketat agar tidak merugikan pasar dan konsumen.

Partisipasi Danantara bisa menjadi ‘jaminan politik’ yang membuat proses akuisisi lebih mulus di mata regulator Indonesia.

Namun, sejauh ini belum ada kepastian apakah Danantara telah menggelar pembicaraan langsung dengan pihak Grab.

READ  Tegur Direksi, Presiden Prabowo Tekankan Pengelolaan Danantara Harus Transparan dan Ketat

Di balik diskusi bisnis dan investasi, tersimpan kegelisahan politik. Potensi dominasi Grab pasca-merger memicu kekhawatiran akan hilangnya kedaulatan digital dan ancaman terhadap lapangan kerja para pengembang lokal.

Isu ini menjadi sorotan karena Grab dan GoTo merupakan dua kekuatan dominan di sektor layanan transportasi daring dan pesan-antar makanan di Asia Tenggara.

Beberapa pihak bahkan menyuarakan kekhawatiran bahwa jika Grab memegang kendali penuh, harga layanan bisa melonjak di tengah tekanan ekonomi masyarakat.

READ  Dentang Lesung di Langit Senja: Sakralitas Upacara Numplak Wajik Keraton Yogyakarta

Salah satu solusi yang sedang digodok adalah permintaan agar Grab berkomitmen tidak melakukan pemutusan hubungan kerja selama periode tertentu setelah akuisisi berlangsung.

Grab sendiri, yang didukung Uber Technologies Inc., telah menjalin komunikasi dengan GoTo selama bertahun-tahun.

Namun, merger selalu kandas di tengah jalan, sebagian besar karena pertimbangan persaingan usaha. Uber, yang sempat bersaing di kawasan ini, telah keluar sejak 2018 dengan imbalan kepemilikan saham di Grab.

READ  Sebelum 7 Hari” (2025): Teror Mistis Menjelang Kamis Kliwon

Salah satu skenario yang saat ini sedang dibahas adalah GoTo terlebih dahulu membeli bisnis Grab di Indonesia untuk kemudian dibalik, di mana Grab membeli mayoritas saham di entitas gabungan tersebut.

Dengan begitu, kendali tetap berada di tangan Grab, tetapi melalui mekanisme bertahap yang bisa meredam resistensi publik dan regulator.

Dalam skema ini, GoTo juga disebut-sebut akan melepas bisnis transportasinya di Singapura kepada pihak ketiga sebagai bagian dari penyusunan ulang portofolio.

READ  Dentang Lesung di Langit Senja: Sakralitas Upacara Numplak Wajik Keraton Yogyakarta

Pada Februari lalu, Bloomberg juga melaporkan bahwa Grab mempertimbangkan valuasi GoTo lebih dari 7 miliar dolar AS.

Salah satu opsi yang muncul adalah pembelian seluruh saham dalam bentuk pertukaran saham (all-stock purchase) dengan harga sekitar Rp100 per lembar saham.

Meski banyak skenario dipertimbangkan, belum ada keputusan final. Danantara pun masih berada di tahap penjajakan.

Namun satu hal jelas: nasib GoTo tak lagi sekadar soal bisnis—ini adalah pertarungan identitas digital, kontrol pasar, dan posisi Indonesia dalam peta ekonomi digital Asia Tenggara.

READ  Bogor Luncurkan 3 Aplikasi Unggulan: Dorong Pemerintahan Digital dan Partisipatif

Apakah Danantara akan menjadi perisai negara di tengah gelombang akuisisi? Atau justru sekadar penonton dalam konsolidasi terbesar industri teknologi kawasan? Jawabannya mungkin segera terungkap dalam waktu dekat.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakMomentum Idul Adha: DPD KNPI Kabupaten Bogor Tebar Kepedulian Lewat Kurban
Artikulli tjetërBelum Ada Tanda Penyelesaian: Pendopo Eks Kewedanaan Jasinga Justru Dihidupkan oleh Pemuda