Publikbicara.com– 4 Juni 2025, Lonjakan kasus COVID-19 kembali melanda sejumlah negara Asia, termasuk China dan Thailand. Salah satu pemicunya adalah kemunculan varian baru NB.1.8.1 yang kini tengah menjadi perhatian global.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian ini sebagai Variant Under Monitoring (VUM) sejak 23 Mei lalu karena laju penyebarannya yang cepat dan potensi mutasinya yang signifikan.
Varian NB.1.8.1 telah terdeteksi di 22 negara dan menyumbang lebih dari 10 persen dari total kasus COVID-19 secara global.
WHO menyatakan, varian ini merupakan hasil rekombinasi dari varian XDV.1.5.1 dan memiliki kemiripan dengan varian dominan sebelumnya, LP.8.1.
Namun, mutasi tambahan pada protein spike pada NB.1.8.1 berpotensi meningkatkan kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
“Risiko global yang ditimbulkan oleh NB.1.8.1 saat ini dianggap rendah,” ujar WHO dalam keterangannya.
Meski sangat menular seperti varian Omicron lainnya, hingga kini belum ada bukti bahwa NB.1.8.1 menyebabkan gejala yang lebih parah.
Profesor penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center, Dr. William Schaffner, menuturkan bahwa infeksi akibat varian ini cenderung bersifat ringan.
Ia menyebut tingginya kekebalan populasi sebagai faktor utama di balik gejala yang tidak terlalu berat.
“Varian-varian baru ini cenderung menyebabkan banyak infeksi ringan, berkat tingginya tingkat imunitas masyarakat,” jelas Schaffner.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada April lalu juga menyebutkan bahwa NB.1.8.1 memiliki potensi untuk menjadi varian dominan di masa depan karena mutasi tambahannya.
Meski tergolong ringan, masyarakat tetap diminta waspada terhadap sejumlah gejala umum infeksi COVID-19 varian NB.1.8.1, seperti:
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau berair
- Kelelahan
- Demam atau menggigil
- Sakit kepala
- Nyeri tubuh
- Sesak napas
- Diare
- Kehilangan indera penciuman atau perasa
Hingga saat ini, belum ada peningkatan signifikan dalam angka rawat inap akibat varian ini.
Namun, WHO dan otoritas kesehatan di berbagai negara terus memantau perkembangan NB.1.8.1 secara ketat untuk mengantisipasi kemungkinan mutasi lebih lanjut yang bisa mengubah karakteristik virus ini.**
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













