Beranda News Festival Budaya “Ngalokat Cai” di Nanggung Bogor: Ini Kata Kadisbudpar

Festival Budaya “Ngalokat Cai” di Nanggung Bogor: Ini Kata Kadisbudpar

Publikbicara.com – Pagi baru saja membuka matanya di Kampung Jatake, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, ketika riuh suara tawa anak-anak dan langkah kaki warga mulai memenuhi jalanan.

Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan, seolah enggan pergi sebelum menyaksikan satu per satu warganya berkumpul dengan hati yang hangat dan penuh harap.

Hari itu, 18 Mei 2025, bukan hari biasa. Kampung kecil di lereng perbukitan itu menjadi saksi kembalinya tradisi besar.

READ  Sekda Bogor Hadiri Konser Drum Purwacaraka: Dorong Kreativitas Jadi Identitas Cibinong

Festival Budaya Ngalokat Cai sebuah warisan leluhur yang tak hanya memuliakan air, tapi juga menyatukan manusia dengan alam dan sesamanya.

Moment masyarakat makam bersama;

Dari balai desa hingga tepi sungai, warna-warni kain tradisional berkibar ditiup angin, irama kendang bersahut-sahutan dengan nyanyian burung pagi.

Warga dari dusun datang dengan semangat, menenteng harapan dan doa, menjemput hari yang sarat makna.

READ  Karinding Sadulur Tasikmalaya dan Panggung Dunia yang Hampir Terlewat: Undangan Bergengsi, Dukungan Masih Sunyi

Di antara kerumunan, tampak wajah-wajah penuh perhatian Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Yudi Santosa; Kepala Dispora, Asnan; juga para pejabat kecamatan, tokoh masyarakat, dan para pemuda kampung.

Semua datang bukan sekadar melihat, tapi merasakan dan menghidupkan kembali denyut budaya yang nyaris terkubur zaman.

Ngalokat Cai bukan hanya sebuah ritual—ia adalah puisi kehidupan.

READ  Pedoman Siber Media

Lewat doa-doa yang mengalir bersama arus sungai, masyarakat bersyukur pada Sang Pencipta atas air yang tak henti memberi napas bagi sawah, ladang, dan tubuh-tubuh lelah yang bekerja demi anak-anak mereka.

Usai doa, benih-benih ikan dilepas ke sungai—seolah alam pun diajak berdialog, diminta ikut menjaga keseimbangan, diminta tidak lekas marah jika manusia lupa bersyukur.

Kemudian datang momen yang paling ditunggu: ngaliwet. Di bawah tenda bambu, warga duduk melingkar, menyantap nasi liwet dan lauk sederhana yang terasa mewah karena dibumbui kebersamaan.

READ  Karinding Sadulur Tasikmalaya dan Panggung Dunia yang Hampir Terlewat: Undangan Bergengsi, Dukungan Masih Sunyi

Tak hanya perut yang kenyang, mata pun dimanjakan oleh atraksi budaya: tarian tradisional, denting musik etnik yang menampilkan wajah kreatif warga Nanggung.

Kampung Jatake hari itu seperti sedang bercerita tentang dirinya—tentang akar yang tak pernah putus dari batang pohon kehidupan.

Kadisbudpar Kabupaten Bogor, Yudi Santosa

Dalam sambutannya, Yudi Santosa menyuarakan apresiasi penuh dari pemerintah daerah.

“Tradisi ini adalah bukti bahwa masyarakat bisa hidup berdampingan dengan alam. Kami mendukung penuh agar ini terus berlangsung dan menjadi warisan yang lestari,” ucapnya, disambut tepuk tangan hangat.

READ  Sekda Bogor Hadiri Konser Drum Purwacaraka: Dorong Kreativitas Jadi Identitas Cibinong

Sementara Yosep, sang Ketua Panitia, menatap aliran sungai dengan mata yang nyaris berkaca. “Sudah enam generasi kami menjaga ini. Ini bukan sekadar upacara. Ini cara kami bersyukur, sekaligus mengingatkan bahwa air adalah hidup,” katanya pelan.

Lalu berdirilah sosok sepuh, Abah Adih Gelar. Dengan suara yang bergetar namun tegas, ia melafalkan pepatah Sunda.

“Teteh nincakna, pageuh ngemingna” — teguh berpijak, kuat memegang nilai. “Kita boleh maju, tapi jangan kehilangan arah. Budaya ini adalah kompas kita,” ujarnya.

READ  Beranda

Hari itu, di Jatake, air bukan sekadar cairan. Ia adalah memori, identitas, dan janji. Janji untuk terus menjaga alam dan mewariskan sesuatu yang lebih dari sekadar cerita sebuah kehidupan yang bermakna.**

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakSekda Bogor Hadiri Konser Drum Purwacaraka: Dorong Kreativitas Jadi Identitas Cibinong
Artikulli tjetërJelang Harkitnas ke-117, Bupati Bogor Rudy Susmanto Pimpin Ziarah Nasional di TMP Pondok Rajeg