Publikbicara.com– Sebuah penemuan unik dari masa lampau kembali menguak jejak sejarah industri rumahan di wilayah Jasinga, Kabupaten Bogor.
Sebuah stempel batu bertuliskan “Pabrik Ketjap Djasinga – Tjap Angsa” ditemukan secara tidak sengaja oleh warga setempat, Kang Romzi, pada tahun 2015 silam di Babakan Siliwangi, RT 01 RW 02, Desa Jasinga.

Penemuan ini terjadi saat Kang Romzi tengah membangun rumah. Di antara puing-puing bangunan lama, ia menemukan sebuah benda yang ternyata merupakan stempel batu tua.
Stempel tersebut kemudian disimpan selama hampir satu dekade, sebelum akhirnya diinformasikan kepada publik dan menjadi bahan kajian menarik mengenai sejarah lokal.

Stempel tersebut diduga kuat berasal dari batu gamping (limestone), jenis batuan sedimen yang tersusun dari mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO₃).
Relief pada stempel ini dipahat secara manual, meski kini bagian pegangan di atas stempel tersebut sudah tidak ditemukan, kemungkinan besar telah patah atau hilang.

Menurut informasi dan kajian lisan masyarakat setempat, produksi kecap rumahan di Jasinga sudah ada sejak sekitar tahun 1940.
Salah satu titik lokasi industri rumahan ini berada tidak jauh dari tempat ditemukannya stempel batu tersebut.

Aktivitas produksi kecap dan tauco dilakukan oleh warga secara turun-temurun, salah satunya oleh ibu dari Pak Iman (ayah dari Mudra), serta almarhumah Ma Tikot, nenek dari almarhum H. Santos.
Terdapat pula cerita bahwa di kawasan Parungsapi Jasinga, yang kini dekat dengan Indomaret dan SPBU, dahulu berdiri rumah produksi kecap yang aktif memasok kecap asin untuk masyarakat sekitar.

Meskipun disebut sebagai “pabrik”, kenyataannya kegiatan produksi tersebut berskala mikro dan dilakukan dari rumah, menjadikannya sebagai bagian dari industri rumahan tradisional yang telah eksis selama puluhan tahun.
Sejarah kecap sendiri memiliki akar panjang, berasal dari Tiongkok sejak berabad-abad silam, kemudian menyebar ke Jepang dan negara-negara Asia lainnya.
Pada tahun 1737, kecap bahkan telah menjadi komoditas perdagangan penting bagi VOC, di mana sebanyak 75 tong kecap asin dikirim dari Jepang ke Batavia, dan sebagian diteruskan ke Belanda.

Sementara itu, perusahaan kecap nasional seperti PT. Kilang Kecap Angsa yang berdiri di Medan pada tahun 1955 oleh seorang WNI keturunan Tionghoa bernama Eghin, turut menjadi saksi perjalanan panjang industri kecap di Indonesia.
Penemuan Stempel Batu Pabrik Ketjap Djasinga menjadi titik awal yang menarik untuk menggali kembali sejarah industri pangan lokal di wilayah Bogor.
Tidak hanya menjadi artefak fisik, benda ini juga membuka ruang kajian budaya yang mampu memperkaya wawasan masyarakat tentang nilai-nilai sejarah, ekonomi, hingga kearifan lokal yang tumbuh di tengah masyarakat Jasinga.

Jaisnga, 14 Mei 2025, sumber artikel Wildan Bilik Jaisnga.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













