Publikbicara.com–Dilansir dari berbagai sumber, Pemilihan Paus, atau yang dikenal sebagai Konklaf, selama ini dipandang sebagai ritual suci yang penuh khidmat.
Namun, sejarah panjang di balik dinding-dinding Kapel Sistina menyimpan kisah yang tak seindah bayangan publik.
Di balik asap putih yang menandai terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik Roma, tersimpan berbagai insiden mengejutkan mulai dari suap politik hingga candaan maut.
Salah satu konklaf paling mencolok terjadi pada tahun 1492. Rodrigo Borgia, seorang kardinal berkekuatan finansial luar biasa, diyakini “membeli” kursi kepausan dengan menyuap rekan-rekannya sesama kardinal.
Melalui janji jabatan dan kekayaan, ia akhirnya terpilih menjadi Paus Alexander VI.
Sejarah mencatat, tindakan ini mengguncang kepercayaan terhadap kesucian proses pemilihan Paus.
Konflik tak hanya terjadi secara diam-diam. Konklaf 1605 berubah menjadi arena pertikaian terbuka.
Ketegangan memuncak ketika para kardinal terlibat perkelahian fisik yang merusak pakaian liturgi dan menodai kesakralan tempat suci.
Ini menjadi bukti nyata bahwa ambisi pribadi mampu memecah ketenangan spiritual.
Yang lebih mengejutkan terjadi dalam Konklaf 1655. Dalam suasana yang mulai jenuh dan frustratif, sekelompok kardinal muda iseng menyamar sebagai “roh kudus” untuk mengerjai salah satu kardinal senior.
Candaan itu berakhir tragis: sang kardinal yang ketakutan jatuh sakit dan meninggal dunia beberapa hari kemudian akibat pneumonia.
Situasi suram juga melanda Konklaf 1241 yang digelar di Istana Septizodium.
Kardinal-kardinal dikurung dalam kondisi yang tak layak: suhu tinggi, ventilasi buruk, dan sanitasi minim.
Hasilnya, satu kardinal meninggal dunia dan beberapa lainnya sakit parah.
Tekanan datang tak hanya dari dalam, tapi juga dari luar massa Roma yang marah menuntut hasil cepat atas pemilihan tersebut.
Namun, sejarah Konklaf tak selalu diwarnai konflik. Ada pula kisah pemilihan yang berlangsung mulus dan cepat.
Tahun 1503, setelah wafatnya Paus Pius III, Giuliano della Rovere langsung mendapat dukungan bulat dan terpilih sebagai Paus Julius II hanya dalam beberapa jam menjadikannya konklaf tercepat dalam sejarah modern Gereja.
Sebaliknya, Paus Pius IX yang terpilih pada tahun 1846, mencetak rekor sebagai pemimpin tertinggi Gereja terlama setelah Santo Petrus, dengan masa jabatan selama 31 tahun.
Tahun 1978 menjadi momen bersejarah tersendiri. Dalam satu tahun, dua Paus terpilih. Yohanes Paulus I naik tahta namun wafat hanya sebulan kemudian.
Konklaf selanjutnya melahirkan Yohanes Paulus II, Paus pertama non-Italia dalam lebih dari empat abad, yang kemudian membawa pengaruh besar dalam era modern Gereja.
Di balik segala ritual dan simbol keagamaan yang tampak tenang, sejarah Konklaf memperlihatkan betapa kompleks dan manusiawinya proses pemilihan Paus.
Sebuah kisah tentang kekuasaan, kepercayaan, dan kadang—pengkhianatan.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













