Beranda News Menelusuri Jejak Anarko dan Beragam Jenis Anarkisme: Ketika Dunia Dicita-citakan Tanpa Otoritas

Menelusuri Jejak Anarko dan Beragam Jenis Anarkisme: Ketika Dunia Dicita-citakan Tanpa Otoritas

Publikbicara.com – Jawabarat, 28 April 2025, di sebuah ruangan kecil yang dindingnya penuh coretan kutipan dan simbol perlawanan.

Seorang pria sebut saja Arka (samaran red) duduk di balik meja kayunya, menatap sebuah buku tua berjudul “Anarchy and Its Philosophy”.

Di tengah riuhnya dunia yang penuh hirarki dan kekuasaan, Arka menemukan sebuah gagasan yang terasa begitu radikal, namun membebaskan anarkisme.

READ  Mengenal Naik dan Turunnya Kekuatan Hitler: Pelajaran dari Sejarah Kelam Dunia

“Bayangkan dunia tanpa penguasa,” bisik Arka dalam hati. “Tanpa paksaan. Tanpa aturan yang dibuat hanya untuk melindungi mereka yang di atas.”

Anarkisme, seperti yang ia baca, bukan sekadar kekacauan seperti yang sering disalahartikan. Ia adalah filsafat yang menolak segala bentuk otoritas yang memaksa negara, kapitalisme, bahkan hierarki sosial.

Ia membayangkan sebuah masyarakat yang dibangun atas dasar kebebasan, kerja sama, dan asosiasi sukarela, tanpa negara yang mengatur dari atas.

READ  Mengenal Geometri: Ilmu Seru di Balik Bentuk dan Ruang

Anarko-Sindikalisme: Perlawanan dari Pabrik dan Jalanan

Di lembaran selanjutnya, Arka menemukan nama yang asing namun menggugah Anarko-Sindikalisme.

Cabang anarkisme ini berakar kuat pada perjuangan buruh. Kata “sindikalis” berasal dari bahasa Prancis yang berarti serikat pekerja.

READ  Mengenal Geometri: Ilmu Seru di Balik Bentuk dan Ruang

Bagi para anarko-sindikalis, serikat buruh bukan hanya alat negosiasi upah tapi mesin perubahan revolusioner.

Dalam bayangan mereka, revolusi bukan dimulai dari parlemen, tetapi dari lantai pabrik. Sistem upah dan kapitalisme dianggap sebagai bentuk perbudakan modern yang harus dihapus.

Anarkisme Individualis: Kebebasan Adalah Hak Penuh Individu

Arka kemudian tertarik pada pemikiran yang berbeda yakni, anarkisme individualis.

Tak seperti anarko-sindikalisme yang bersifat kolektif, aliran ini menempatkan individu sebagai pusat.

Bagi penganutnya, identitas, kebebasan, dan keinginan pribadi lebih penting daripada norma, tradisi, atau ideologi massal.

READ  Menjemput Bintang di Ternate: Persib di Ambang Takhta Liga 1

Namun, Arka tak menemukan kesan egoisme di sana. Justru, anarkisme individualis mengajarkan bahwa kebebasan sejati adalah bebas dari tekanan baik dari negara maupun dari masyarakat itu sendiri.

Anarkisme Sosial: Ketika Kebebasan Bertemu Solidaritas

Tak berhenti di situ, lembaran terakhir membawa Arka pada anarkisme sosial cabang yang mungkin paling banyak disalahpahami.

Anarkisme sosial memimpikan masyarakat tanpa negara, namun tetap menjunjung tinggi keadilan sosial.

Ia percaya bahwa kebebasan individu tak akan berarti tanpa solidaritas dan kerja sama.

READ  Mengenal Nama-Nama Bulan dalam Bahasa Jepang: Yuk, Belajar Lewat Kanji dan Hiragana!

“Dalam pandangan ini, setiap orang bebas karena saling membantu. Tidak ada tuan, tidak ada budak.” cetusnya.

“Tidak ada kelas atas, tidak ada kelas bawah. Hanya masyarakat yang hidup bersama atas dasar kesetaraan dan dukungan timbal balik.” tutup Arka.

Singkat cerita, usai perjumpaan penulispun bergumam, “Sepertinya Ia belum menyelam kedalam lautan mutiara pemikiran yang ada ditanah moyangnya sendiri yakni Indonesia.”

“Ya, Pancasila, ketika dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga negara dalam berbangsa dan bernegara. Itu jauh lebih dari sekedar filosofi tentang kebebasan.”

“Karena Pancasila digali, dan dikaji berdasarkan kearifan lokal, kultur dan budaya yang ada di tanah nusantara. Bukan dari tanah Eropa, India, Amerika dan lainnya.”***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakMengenal Naik dan Turunnya Kekuatan Hitler: Pelajaran dari Sejarah Kelam Dunia
Artikulli tjetërKetua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia: Pendidikan Merdeka adalah Kunci Pemuda Berdaya