Publikbicara.com – Di sebuah rumah sederhana di sudut Kota Malang, tersimpan ratusan kenangan tentang kejayaan Arema yang tak banyak orang tahu.
Di balik gerbang kediaman Indra Lukmana, seorang dosen Politeknik Negeri Malang yang lebih dikenal dengan nama Suhe, terdapat ruangan khusus yang menyimpan “harta karun” istimewa: koleksi jersey legendaris Arema Malang.
“Agak berantakan ya, belum sempat ditata lagi karena beberapa pekan ini akan sibuk,” ujar Suhe sambil membuka pintu ruangan yang menjadi surga bagi pencinta Arema. Begitu pintu terbuka, mata langsung disambut pemandangan jersey-jersey langka nan bersejarah, salah satunya milik Alex Pulalo.
“Itu koleksi pertama saya, jersey Alex Pulalo. Saya dapat waktu mes Arema masih di Sengkaling. Karena kenal keluarga, saya dikasih,” kenang Suhe, matanya berbinar.
Nama Alex Pulalo bukan sembarangan di Malang. Mantan kapten Singo Edan ini pernah berlaga di Liga Champions Asia 2006/2007 dan menjadi ikon pertahanan Arema di masa jayanya.
Tepat di samping jersey Pulalo, tergantung rapi jersey merah milik Noh Alam Shah dengan nomor punggung 12 — salah satu koleksi paling langka milik Suhe.
“Ini dipakai waktu lawan Jeonbuk Motors atau Cerezo Osaka di Liga Champions Asia 2010/2011. Banyak yang cari jersey ini, bahkan mungkin Noh Alam Shah sendiri sudah nggak punya,” ujar Suhe.
Alam Shah dikenal sebagai striker tajam asal Singapura yang membawa Arema menjuarai Indonesia Super League (ISL) musim 2009/2010. Namanya kini menjadi standar emas penyerang asing di mata Aremania.
Namun koleksi Suhe tak berhenti di situ. Sejak 2008, ia telah mengumpulkan ratusan jersey, bukan hanya milik Arema, tetapi juga klub-klub lainnya. Sebagian besar adalah jersey match-worn — jersey yang benar-benar dipakai pemain saat bertanding, bukan sekadar produk resmi dari toko.
“Kalau match-worn, kainnya beda. Bahkan dulu, kita bisa bedakan dari aroma parfum pencucian tiap tim,” jelasnya sambil tersenyum.
Meski berprofesi sebagai dosen, kecintaan Suhe terhadap sepak bola tak pernah pudar. Ia masih rutin bermain fun football dan aktif dalam komunitas kolektor jersey. Beberapa jersey lawas ia jual, namun tidak semua bisa dilepas.
“Ada kode etiknya. Kalau jersey itu dikasih langsung oleh pemain, ya nggak boleh dijual. Harus dijaga,” tegasnya.
Di tengah padatnya dunia akademik, Suhe membuktikan bahwa cinta terhadap sepak bola bisa dijalani dengan cara yang unik.
Melalui koleksinya, ia tak hanya menjaga sejarah Arema, tapi juga membangun jembatan kenangan bagi generasi yang mencintai Singo Edan.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













