Beranda News Kisah Nyata Mudik Berbeda: Jeni dan Perjalanan Sepeda Dari Pandeglang Menuju Purbalingga

Kisah Nyata Mudik Berbeda: Jeni dan Perjalanan Sepeda Dari Pandeglang Menuju Purbalingga

Publikbicara.com – Langit senja menyelimuti Rangkasbitung ketika Jeni Abdulrokhim mengayuh sepedanya, mengawali perjalanan panjang menuju kampung halamannya di Purbalingga.

Dengan ransel kecil di sepeda yang sudah diservis sempurna, ia siap mudik menempuh 510 kilometer melintasi jalur Pantura.

Tak seperti kebanyakan orang yang berebut tiket kereta atau berdesakan di bus, Jeni memilih jalannya sendiri, sebuah petualangan di atas dua roda.

READ  Harmoni Sosial Polsek Jasinga: Bakti Sosial, Berbagi Takjil, dan Nobar Timnas

“Sudah coba nge-war tiket kereta, tapi selalu kehabisan,” ujarnya sambil tersenyum. Kecewa? Mungkin.

Tapi bagi Jeni, ini bukan sekadar tentang pulang, melainkan perjalanan yang akan menjadi kenangan seumur hidup.

Mudik Berbeda: Jeni dan Perjalanan Sepeda Dari Pandeglang Menuju Purbalingga.

Orang tuanya sempat ragu. “Naik motor saja,” kata mereka, khawatir anaknya kelelahan.

READ  Ciro Alves dan Kumis Ikoniknya: Awalnya Coba-Coba, Kini Jadi Ciri Khas

Tapi Jeni sudah mantap. Baginya, bersepeda bukan sekadar hobi, melainkan cara untuk menikmati perjalanan, menghirup udara bebas, dan menyatu dengan jalanan.

Bukan kali pertama ia melakukan perjalanan jauh. Pernah, ia mengayuh sejauh 600 kilometer dari Bogor ke Borobudur, lalu berlanjut ke Purbalingga.

Ia tahu tantangannya: jalanan yang panjang, angin kencang, terik matahari, bahkan hujan yang tak terduga. Pernah juga ia hampir menyerah karena kurang persiapan, jatuh sakit di tengah jalan.

READ  Thaksin Shinawatra: Dari Kudeta Hingga Kembali Dapat Posisi BPI Danantara

Tapi kali ini, ia belajar dari pengalaman fisik sudah ditempa, perlengkapan sudah lengkap, dan mentalnya sudah lebih kuat.

Di setiap kayuhan pedalnya, ada rindu yang ia bawa. Rindu pada rumah, pada orang tua yang menunggu di Bukateja, dan pada suasana Lebaran yang selalu penuh kehangatan.

Tak ada klakson kendaraan yang memekakkan telinga, tak ada antrean panjang di terminal atau stasiun.

READ  Kisah Pilu Warga Sipak, Gadai HP Untuk Untuk Pergi Berobat, Usep Nukliri: Alhamdulillah HP Almarhum Sudah Ditebus

Hanya dirinya, sepeda, dan jalanan yang membentang di hadapan.

“Semua sudah diperhitungkan, minta doanya semoga sehat sampai rumah,” katanya sebelum berangkat. (sumber detiknews).

Jeni bukan sekadar mudik. Ia sedang menantang dirinya sendiri, menjelajahi batas, dan membuktikan bahwa pulang tak selalu harus dengan cara yang biasa.

READ  Kisah Pilu Warga Sipak, Gadai HP Untuk Untuk Pergi Berobat, Usep Nukliri: Alhamdulillah HP Almarhum Sudah Ditebus

Tapi terkadang, perjalanan itu sendiri yang membuat kepulangan menjadi lebih berarti.**

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakHarmoni Sosial Polsek Jasinga: Bakti Sosial, Berbagi Takjil, dan Nobar Timnas
Artikulli tjetërKemenangan Pertama di GBK: Timnas Garuda Jaga Asa Menuju Piala Dunia 2026