Publikbicara.com – Jasinga bukan sekadar wilayah administratif di Kabupaten Bogor, tetapi sebuah kawasan dengan jejak sejarah panjang yang seharusnya menjadi kebanggaan.
Dari masa kolonial hingga era kemerdekaan, Jasinga menyimpan berbagai peninggalan berharga, namun ironisnya, warisan ini kini justru terancam punah akibat kelalaian dan ketidakpedulian.
Salah satu bukti nyata adalah kantor bupati pertama Kabupaten Bogor, yang berdiri di Jasinga sebagai kantor darurat di bawah kepemimpinan Raden Ipik Gandamana.
Namun, bangunan bersejarah ini dibiarkan runtuh begitu saja, tanpa upaya penyelamatan atau restorasi.

Pendopo eks Kewedanaan Jasinga yang seharusnya menjadi simbol sejarah justru hancur karena pembiaran.
Tidak hanya itu, Bendungan Sendung—dibangun pada 1938 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda—telah menjadi sumber irigasi bagi ratusan hektare sawah selama puluhan tahun. Sayangnya, fasilitas ini juga terabaikan tanpa pemeliharaan yang layak.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah ribuan nisan kuno peninggalan zaman kerajaan yang tersebar di berbagai sudut Jasinga.
Bukti sejarah ini berpotensi memberikan wawasan tentang peradaban masa lalu, namun minimnya perhatian membuatnya rentan hilang ditelan waktu.
Jasinga: Potensi Besar, Tapi Dibiarkan Terlupakan
Saat banyak daerah lain mulai menggali dan mengembangkan wisata berbasis sejarah dan budaya sebagai aset ekonomi, Jasinga justru tertinggal.
Minimnya inisiatif dari pemerintah daerah menunjukkan bahwa warisan sejarah belum dianggap sebagai potensi strategis.
Ketidakjelasan arah pengelolaan ini membuat Jasinga kehilangan momentum dalam mengembangkan pariwisata berbasis budaya.
Padahal, jika dikelola dengan serius, aset sejarah ini bisa menjadi magnet wisata yang tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat Jasinga.
Konsep Wisata Terpadu DEBUS (Dedikasi, Edukasi, Budaya, dan Sejarah) yang diusulkan oleh Jaringan Kebudayaan Rakyat seharusnya menjadi pemantik bagi pemerintah daerah.
Ini bukan sekadar eksploitasi wisata, tetapi sebuah upaya menyelamatkan warisan yang kian terpinggirkan.
Sayangnya, hingga kini, belum ada kebijakan konkret yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melindungi warisan sejarah Jasinga.
Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade mendatang, Jasinga hanya akan dikenang dalam cerita tanpa bukti fisik yang tersisa.
Jangan Biarkan Sejarah Jasinga Terkubur dalam Ketidakpedulian
Pemerintah Kabupaten Bogor perlu menyadari bahwa menjaga warisan sejarah bukan hanya tanggung jawab akademisi atau komunitas pecinta budaya, tetapi juga kewajiban negara dalam merawat identitas bangsa.
Sudah saatnya ada kebijakan nyata, mulai dari restorasi situs-situs bersejarah, pembangunan fasilitas pendukung wisata, hingga program edukasi bagi masyarakat agar lebih peduli terhadap aset budaya mereka sendiri.
Tanpa tindakan tegas, Jasinga akan kehilangan identitasnya, dan warisan sejarah yang seharusnya menjadi kebanggaan ini hanya akan menjadi kenangan yang memudar seiring waktu.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













