Publikbicara.com – Dalam tradisi Islam, istilah manaqib merujuk pada biografi atau riwayat hidup seseorang, terutama tokoh yang dianggap memiliki keutamaan dalam keilmuan atau spiritualitas.
Kata manaqib berasal dari bahasa Arab, yakni dari lafadz naqaba, naqobu, naqban yang berarti menyelidiki, melubangi, memeriksa, dan menggali.
Secara linguistik, manaqib adalah bentuk jamak dari manqobun, yang merupakan ism al-makan dari kata naqaba.
Artinya, manaqib memiliki makna lebih dari sekadar pembacaan kisah; ia merupakan proses penggalian nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah.
Mengapa Membaca Manaqib Penting? Membaca manaqib bukan sekadar mengenang kisah tokoh terdahulu, tetapi juga sebagai bentuk pembelajaran dan inspirasi dalam kehidupan.
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari membaca manaqib:
1. Menumbuhkan Rasa Cinta kepada Tokoh-Tokoh Teladan: Dengan membaca manaqib, seseorang dapat semakin menghargai jasa dan perjuangan para tokoh yang kisahnya dibacakan.
2. Mendatangkan Berkah dalam Kehidupan:
Banyak yang percaya bahwa membaca manaqib bisa menjadi sarana keberkahan, terutama jika dilakukan dengan niat yang baik dan ketulusan hati.
3. Menjadi Simbol Rasa Syukur: Pembacaan manaqib sering kali dikaitkan dengan rasa syukur atas limpahan rezeki dan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

4. Mendorong Perbuatan Baik: Kisah-kisah inspiratif dalam manaqib dapat menggugah hati pembaca untuk lebih banyak berbuat baik kepada sesama.
5. Meneladani Akhlak Terpuji: Manaqib berisi kisah-kisah kebijaksanaan, kesabaran, dan ketakwaan yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan.
6. Meningkatkan Kesadaran Sejarah: Membaca manaqib membantu memahami sejarah secara lebih mendalam dan menjadikannya pelajaran berharga untuk masa kini.
Namun, penting untuk diingat bahwa manaqib bukan sekadar ritual yang dilakukan tanpa pemahaman.
Lebih dari itu, ia adalah sarana untuk menggali nilai-nilai luhur dari sejarah. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali, “Sejarah adalah pelajaran, hari ini adalah kesempatan, dan esok adalah harapan.”
Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa manaqib justru dikultuskan atau dijadikan ladang keuntungan oleh oknum kelompok tertentu.
Hal ini dapat menggeser makna sejati dari manaqib sebagai bentuk refleksi dan pembelajaran.
Oleh karena itu, memahami manaqib dengan bijak sangat penting agar tidak terjebak dalam praktik-praktik yang hanya bersifat seremonial tanpa makna mendalam.
Sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dijadikan pelajaran.
Membaca manaqib dengan penuh kesadaran dan niat yang benar akan membantu umat Islam memahami warisan spiritual dan intelektual para tokoh besar yang telah memberikan kontribusi nyata bagi peradaban.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













