Publikbicara.com – Kabupaten Bogor dikenal dengan kekayaan sejarah dan budayanya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Salah satu simbol kebanggaan yang kerap dikumandangkan adalah slogan “Kuta Udaya Wangsa.”
Namun, di balik megahnya kata-kata ini, realitas yang terjadi justru menyiratkan ironi yang menyakitkan: peninggalan sejarah kian terabaikan, sementara jejak kejayaan masa lalu perlahan menghilang.
Sejumlah peninggalan bersejarah di Kabupaten Bogor telah mengalami degradasi, baik karena faktor alam maupun ketidakpedulian manusia.
Banyak situs dan artefak yang seharusnya menjadi saksi bisu peradaban masa lampau justru lenyap, tergerus oleh pembangunan tanpa pertimbangan konservasi.
Hal ini memperlihatkan kontradiksi yang mencolok antara jargon yang diagungkan dengan fakta di lapangan.
Para pemerhati budaya telah berulang kali mengingatkan pentingnya pelestarian sejarah. Sayangnya, hingga kini, banyak kebijakan masih dalam sekadar wacana tanpa implementasi nyata.
Sementara itu, di berbagai daerah lain di Indonesia, upaya konservasi dilakukan dengan serius dan sistematis, menjadikan sejarah sebagai aset berharga bagi identitas dan kebanggaan lokal.
Apakah “Kuta Udaya Wangsa” hanya sekadar kalimat indah tanpa makna nyata?
Jika terus dibiarkan, Kabupaten Bogor bukan hanya kehilangan warisan sejarahnya, tetapi juga mengkhianati leluhur yang telah membangun kejayaannya.
Kini saatnya semua pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat, harus benar-benar bertindak untuk menyelamatkan warisan budaya yang tersisa sebelum terlambat.
Dengan hari ini, 20 Februari 2025, atas dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa barat. Serta dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bogor menjadi kilas balik.
Di mana, selogan Kuta Udaya Wangsa menjelma nyata menjadi petanda Bogor yang benar-benar Istimewa dan gemilang.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













