Publikbicara.com – Puisi berjudul “Tiris Jiwa Prabowo Subianto” menjadi sebuah refleksi mendalam atas perjalanan seorang tokoh nasional, Prabowo Subianto, dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara.
Melalui untaian kata, puisi ini menggambarkan perjuangan, ketulusan, dan semangat yang tak pernah padam, meskipun dilalui dengan luka dan tantangan.
Puisi ini diawali dengan penggambaran jiwa yang “tiris” atau basah oleh peluh dan perjuangan, mencerminkan perjalanan panjang Prabowo sejak masa mudanya sebagai seorang prajurit hingga perannya sebagai pemimpin politik.
Ungkapan “tiris jiwa di bawah langit nusantara” membawa imaji tentang pengorbanan pribadi yang tak terpisahkan dari kecintaan pada tanah air.

Dalam setiap baitnya, puisi ini tak hanya merekam kisah Prabowo, tetapi juga menjadi simbol bagi banyak pemimpin yang berjuang tanpa kenal lelah.
Frasa seperti “bukan hanya senjata yang pernah ia genggam, tapi harapan bangsa yang terus ia bawa pulang” memberikan penghormatan pada dedikasi seorang pemimpin yang menanggung beban harapan rakyatnya.
Karya ini juga menyoroti perjalanan Prabowo yang penuh kritik dan tantangan.
“Dalam badai kritik dan duri yang menyatu” adalah perwujudan realitas politik yang sering kali tidak mudah, tetapi dihadapi dengan keteguhan.
Ia digambarkan sebagai “karang” yang kuat, menjadi perlambang keberanian menghadapi segala cobaan.
Selain itu, puisi ini menawarkan pesan moral yang relevan bagi siapa saja.

Semangat perjuangan tanpa henti, seperti yang diungkapkan dalam baris “tiris jiwa adalah janji tak terucap, menanamkan benih harapan yang tetap,” mengingatkan bahwa pengabdian kepada bangsa adalah sebuah panggilan suci yang melampaui kepentingan pribadi.
Puisi ini tidak hanya menyentuh pembaca lewat kata-kata yang indah, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang cinta kepada tanah air dan tanggung jawab seorang pemimpin.
Karya ini menjadi pengingat bahwa di balik sorotan dan kontroversi, ada dedikasi dan pengorbanan yang sering kali tak terlihat oleh mata.
Sebagai sebuah karya sastra, “Tiris Jiwa Prabowo Subianto” bukan hanya menjadi penggambaran tokoh, tetapi juga sebuah renungan tentang makna pengabdian sejati.

Puisi ini diharapkan dapat menghidupkan semangat nasionalisme dan memperlihatkan bahwa setiap pengorbanan untuk bangsa adalah cerita yang layak dikenang.
Berikut untaian baik-baik puisi “Tiris Jiwa Prabowo Subianto” karya Ra Dien.
“Tiris Jiwa Prabowo Subianto”
- Tirai jiwa, tabir suci penuh makna,
- Menyingkap ketulusan sepanjang masa.
- Di relung hati, cinta bersemi,
- Mengabdi pada bangsa, tiada henti.
- Lembayung senja menyapa nurani,
- Deru langkah tak pernah berhenti.
- Pada tanah ibu, darah tertumpah,
- Pada negara, janji tak pernah goyah.
- Ketulusan mengalir bagai sungai abadi,
- Membasuh nestapa, menyulam harmoni.
- Dalam setiap hembus napas yang ada,
- Tersimpan doa untuk negeri tercinta.
- Oh, pengabdi sejati, jiwa yang membara,
- Cahaya pelita di gulita semesta.
- Tirai jiwa takkan pernah sirna,
- Menghidupkan harapan bangsa dan negara.

- Tiris jiwa di bawah langit nusantara,
- Prabowo berjalan dengan luka dan asa.
- Bukan hanya senjatan yang pernah ia genggam,
- Tapi harapan bangsa yang terus ia bawa pulang.
- Langkahnya berat, di tanah yang ia bela,
- Di medan perang, hingga panggung negara.
- Tetes keringatnya membasahi sejarah,
- Mengukir cerita tentang cinta yang tak patah.
- Prabowo, tiris jiwamu tak pernah layu,
- Dalam badai kritik dan duri yang menyatu.
- Kau berdiri teguh, bagaikan karang,
- Menjaga negeri ini dari segala bayang.
- Tiris jiwa adalah janji tak terucap,
- Menanamkan benih harapan yang tetap.
- Untuk Indonesia, tanah air tercinta,
- Jiwamu mengalir dalam setiap nafas bangsa.
Jasinga, 4 Januari 2024: Ra Dien, “Kiblat Cinta.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













