Beranda Daerah Keluh Kesah Ribuan Warga Terdampak Korban Bencana 2020 di Kabupaten Bogor: Ini...

Keluh Kesah Ribuan Warga Terdampak Korban Bencana 2020 di Kabupaten Bogor: Ini yang Dibutuhkan Mereka Tuan, Tolong Dengar!

Publikbicara.com – Masih ingatkah Anda tentang bencana dahsyat yang pernah memporak porandakan sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor pada awal tahun 2020 lalu?

Di mana, pada awal tahun 2020 itu, banjir bandang dan tanah longsor menggusur serta menenggelamkan ribuan hunian tetap (huntap) milik warga di sejumlah wilayah Kabupaten Bogor.

Seperti, wilayah di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cigudeg, dan sejumlah tempat lainnya seperti di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang.

Baca Juga :  Perubahan Peta Politik di Kabupaten Bogor: Rekomendasi PDI-Perjuangan untuk Jaro Ade Mencuat

Kendati dalam penenangananya, hunian tetap telah mereka dapatkan usai pemerintah Kabupaten Bogor berhasil membangun ribuan unit hunian untuk mereka. Permasalahan belum selesai sampai di situ.

Ya, mereka masih berharap penanganan berkelanjutan dari pemerintah Kabupaten Bogor, lantaran sejumlah permasalahan serius bagi keberlangsungan hidup yang layak.

Seperti hal-hal terkait prasarana sarana utilitas umum (PSU), termasuk tembok penahan tebing (TPT), penerangan jalan umum (PJU), dan yang paling mendesak adalah sarana air bersih yang kian langka.

Baca Juga :  Gaya Hedon Erina Gudono di Amerika Serikat Picu Kontroversi: Marie Antoinette Modern?

Seperti diutarakan Hilda (27), warga Kampung Gunung Dahu, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang menuturkan kesulitan mereka.

Hilda, bercerita tentang kehidupan sehari-hari di kampung tersebut, terutama mengenai warga yang tinggal di hunian tetap yang harus berjuang untuk mendapatkan air bersih.

“Caina aya anu kabagian aya anu hante mun waktu subuh-subuh sok antre, ungkapnya dalam bahasa Sunda, yang berarti, Airnya ada yang kebagian, ada yang tidak. Kalau waktu subuh-subuh, suka antre.” bebernya.

Baca Juga :  KPK Serahkan Aset Rampasan Rp89 Miliar ke Kemenkeu: Komitmen Memulihkan Keuangan Negara dan Memberantas Korupsi

Potret Kesulitan di Subuh Hari:

Menurut Hilda, kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, dan pemandangan warga yang harus antre sejak subuh menjadi hal biasa.

Mirisnya, pemandangan ini sering kali melibatkan anak-anak kecil yang ikut terjaga di pagi buta untuk membantu orang tua mereka mencari air.

Baca Juga :  Megawati Soekarnoputri Kaget Saat Melihat Pendukung Anies di PDI-P: Enak Aja Suruh Dukung!

“Komo sok karunya ningali anu sok ngais anak letik, subuh-subuh, tambahnya, yang berarti apalagi kasihan melihat anak-anak kecil yang ikut mencari air di subuh-subuh.” terangnya.

Krisis air bersih di Kampung Gunung Dahu ini menambah panjang deretan masalah infrastruktur di wilayah tersebut.

Warga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk memperbaiki sarana prasarana yang ada, terutama pasokan air bersih yang sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat.

Baca Juga :  Megawati Soekarnoputri Kaget Saat Melihat Pendukung Anies di PDI-P: Enak Aja Suruh Dukung!

Dengan demikian mereka berharap, adanya peningkatan fasilitas seperti tembok penahan tebing, penerangan umum yang lebih baik dan sistem distribusi air yang lebih merata, agar kehidupan di kampung mereka bisa menjadi lebih layak.

Lebih lanjut, kisah Hilda dan warga lainnya adalah cerminan dari betapa vitalnya prasarana sarana utilitas umum (PSU) dalam kehidupan sehari-hari.

Dan etapa pentingnya perhatian serta tindakan dari pemerintah untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar di huntap yang tersebar seperti air bersih dapat terpenuhi.

Baca Juga :  Megawati Soekarnoputri Kaget Saat Melihat Pendukung Anies di PDI-P: Enak Aja Suruh Dukung!

Sehingga tidak ada lagi warga terdampak korban bencana yang tinggal di huntap dari pemerintah harus berjuang di subuh hari hanya untuk mendapatkan setetes air.***

Artikulli paraprakPerubahan Peta Politik di Kabupaten Bogor: Rekomendasi PDI-Perjuangan untuk Jaro Ade Mencuat
Artikulli tjetërKrisis Transparansi BUMDes di Kabupaten Bogor: Mengapa Sejumlah Kepala Desa di Bogor Barat Memilih Bungkam?