Tangkap Layar: Penjelasan Seureuh Hejo oleh Geopark Bogor Halimun Salak.
Publikbicara.com – Bagi banyak wisatawan, Seureuh Hejo di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, mungkin hanya tampak sebagai hamparan pinus yang menyejukkan mata. Namun menurut publikasi resmi Geopark Bogor Halimun Salak, kawasan ini adalah jendela terbuka menuju lembah antiklinorium, sebuah bentang alam yang terbentuk melalui perjalanan geologi yang panjang dan kompleks.
Lembah antiklinorium Leuwiliang terbentuk akibat dua fase orogenesa, atau proses pembentukan pegunungan. Pada tahap awal, Formasi Cibulakan dan Formasi Bojongmanik mengalami pelipatan dan pematahan, lalu dilanjutkan dengan deformasi pada Formasi Genteng serta sebagian batuan Gunung Dahu.
Proses-proses itu kemudian dipahat kembali oleh kekuatan eksogen pelapukan, erosi dan gerakan permukaan hingga menciptakan lembah yang kini menjadi ciri khas wilayah tersebut.
Tidak berhenti di sana. Kawasan ini juga menyimpan kisah tentang terbentuknya cekungan batimetri Leuwiliang dan Jasinga, yang muncul akibat struktur horst dan graben. Dua cekungan ini dipisahkan oleh tinggian di wilayah Cigudeg. Keberadaan pasangan cekungan tersebut sekaligus menjelaskan mengapa Formasi Bojongmanik tidak berlanjut ke arah Bogor, dan sebaliknya sebuah teka-teki geologi yang terjawab oleh bentuk permukaan bumi itu sendiri.
Pada fase akhir sejarah geologinya, lembah antiklinorium Leuwiliang kembali mengalami perubahan. Sesar normal terbentuk, memotong lanskap purba tersebut, kemudian diikuti intrusi andesit piroksen yang masuk sebagai dike memanjang. Struktur ini menjadi bukti tambahan mengenai dinamika pembentukan cekungan batimetri di wilayah Leuwiliang.
Fenomena-fenomena ini menunjukkan bahwa Seureuh Hejo bukan hanya tempat untuk mencari udara segar. Ia adalah museum geologi terbuka, tempat setiap batu, setiap lembah, dan setiap formasi menyimpan arsip sejarah bumi yang berharga.
Dan sebagaimana semua warisan, ia memerlukan penjaga.
Kesadaran untuk melindungi lanskap geologi di kawasan Geopark Bogor Halimun Salak harus menjadi komitmen bersama tidak hanya bagi pengelola kawasan, tetapi juga masyarakat dan generasi muda. Sebab warisan bumi ini bukan hanya milik hari ini, melainkan titipan untuk masa depan. (Red).
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow












