Publikbicara.com – Radien Kherudin, seorang pemuda Jasinga sedang berjuang mewujudkan cita-citanya. Di saat banyak orang muda berlomba mengejar materi dan kesenangan, ia justru memilih jalan berbeda membangun ruang kecil bernama ‘Kedai Literasi’.
Dia percaya bahwa cita-cita sejati bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi tentang keberanian menghadirkan perubahan di tengah masyarakat.
Ia melihat betapa lemahnya budaya literasi menjadi akar dari berbagai masalah sosial dan budaya.
Dari kegelisahan itulah, lahir sebuah tekad untuk menghadirkan tempat sederhana yang bisa menjadi rumah pengetahuan, sekaligus penopang ekonomi mandiri.
“Selain menopang ekonomi, kita ingin ada sesuatu yang lebih besar tercipta di sini,” ucapnya di Jasinga, (3/10).
Di Kedai Literasi nanti, lanut Radien, buku-buku akan diupayakan hadir menemani. Seiring dengan itu, ruang diskusi pun akan terus dibuka.
“Tempat ini bukan hanya untuk menikmati minuman hangat atau cemilan ringan, tetapi juga akan kita upayakan menjadi ruang dialektika yang sehat, di mana gagasan-gagasan bisa bertemu, saling diuji, dan menyalakan kesadaran.” kata dia penuh harap.
Perjuangan Radien tidak ditopang bantuan organisasi besar atau dukungan birokrasi. Semuanya ia mulai dari dedikasi, dari pribadi-pribadi mereka yang peduli.
Dengan keyakinan bahwa perubahan besar bisa lahir dari langkah kecil. Ia ingin membuktikan bahwa kedai sederhana pun bisa menjadi pintu menuju tumbuhnya ekonomi kerakyatan, sekaligus ruang subur bagi budaya membaca dan berpikir kritis.
Kedai Literasi akhirnya menjadi cermin dari cita-cita seorang pemuda, bahwa secangkir kopi dapat menyatukan orang, selembar buku dapat membuka cakrawala, dan sebuah ruang kecil dapat melahirkan harapan besar untuk banyak jiwa. (Ama).
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













