Publikbicara.com – Isu penutupan aktivitas tambang di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, menimbulkan pukulan berat bagi ribuan keluarga.
Ketua Karang Taruna Kecamatan Cigudeg, Kang Ade Pradana, menyebut sedikitnya 2.500 pekerja dari 26 perusahaan tambang terpaksa “libur” hingga waktu yang belum ditentukan.
Namun bukan hanya para pekerja. Sopir truk, pedagang kecil, hingga warga yang selama ini menggantungkan hidup dari denyut ekonomi tambang ikut merasakan dampaknya.
“Bukan hanya karyawan, tapi rantai ekonomi masyarakat juga ikut terhenti,” ujar Kang Ade dengan nada prihatin.
Selama ini truk-truk tambang yang lalu lalang di jalan umum membuat kerusakan jalan semakin parah. Warga kerap mengeluh, karena selain membahayakan pengendara, biaya perbaikan jalan justru lebih banyak dibebankan kepada anggaran pemerintah daerah.
“Alih-alih menghadirkan solusi permanen, yang terjadi justru perbaikan tambal sulam yang cepat kembali rusak. Akibatnya, masyarakat harus menerima dua kenyataan pahit sekaligus juga jalan hancur dan aktivitas tambang terhenti.” cetus Ade Pradana.
Sebenarnya, lanjut pria dengan satu anak dari satu istri, sejak beberapa tahun lalu sudah ada rencana membangun jalan khusus tambang yang menghubungkan Cigudeg hingga Rumpin sepanjang ±11–13 kilometer.
“Jalan ini digadang-gadang akan mengurangi beban jalan umum sekaligus menjadi solusi konflik sosial akibat aktivitas tambang.” beber Ade.
“Namun hingga kini, proyek tersebut belum juga terealisasi. Meski pembebasan lahan diklaim sudah mencapai sekitar 80 persen, sisanya masih terbengkalai. Bahkan sebagian ruas yang sempat dibuka kini dipenuhi semak belukar.” sambungnya
Lebih lanjut, Ketua Karang Taruna yang kono siap menyurakan revolusi itu menilai, dengan penutupan tambang, ribuan keluarga kini menghadapi ketidakpastian.
“Dapur terancam tak mengepul, biaya sekolah anak-anak terbengkalai, dan aktivitas ekonomi kecil-kecilan di sekitar tambang mati suri.” lirihnya.
“Harapan kami sederhana, kondisi kembali normal dan pemerintah serius mencari solusi. Jalan khusus tambang harus jadi prioritas, bukan sekadar janji,” tegas Kang Ade.
Ironi Cigudeg hari ini adalah potret klasik: tambang dihentikan, jalan hancur, pekerja kehilangan nafkah, dan solusi permanen belum juga lahir.
Jika pemerintah tidak segera menuntaskan pembangunan jalan khusus tambang, maka masalah serupa hanya akan berulang dengan rakyat sebagai korban utamanya.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













