Publikbicara.com – Tak ada lagi tiang, tak ada atap. Sejak akhir 2024, yang tersisa dari Pendopo Eks Kewedanaan Jasinga hanyalah hamparan tanah kosong bercampur puing, seperti nisan tanpa tulisan.
Bangunan yang dulu jadi saksi rapat pemerintahan dan perjuangan kemerdekaan, serta tempat pesta rakyat, hingga ruang sunyi perundingan, telah runtuh rata dengan bumi.
Bagi warga Jasinga, terutama para pemuda, pemandangan itu bukan sekadar kehilangan fisik. Pendopo adalah ingatan kolektif, ruang bersama yang menautkan masa lalu dengan masa kini.
Maka September 2024 kemarim mereka turun ke jalan, berteriak di tengah terik, menuntut agar pemerintah tidak membiarkan sejarah mereka hilang tanpa bekas.
Dan hetahun berselang, jeritan itu berbuah jawaban. Di atas tanah yang kosong, kini berdiri papan proyek. Pemerintah Kabupaten Bogor lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelontorkan Rp992,8 juta dari PAD 2025.
Kontraknya jelas: 400.6.2/15/SPK-DISBUDPAR tertanggal 30 Juli 2025. CV. Baris Sinar Abadi dipercaya membangun kembali, CV. Lim Group mengawasi, dan waktu yang diberikan hanyalah 60 hari—hingga 27 September.
Di antara tumpukan pasir dan suara alat berat yang meraung, sekelompok pemuda berdiri, tersenyum lega. Mereka adalah saksi bahwa jerih payah di jalanan tak sia-sia.
Namun kebahagiaan itu dibarengi doa agar pembangunan tak hanya berhenti di papan proyek dan janji-janji manis.
“Bagi kami yang berjuang sampai turun ke jalan pastinya merasa senang,” ucap Arya, mewakili suara anak-anak muda Jasinga, Rabu (27/8/2025).
“Tapi kami juga berharap pembangunan ini berjalan lancar, sesuai dengan spek RAB, tanpa ada yang dikurangi—baik kualitas maupun kuantitas.”
Pendopo itu memang sudah runtuh. Tapi dari tanah kosong itu, kini tumbuh harapan baru. Sebuah janji bahwa sejarah tak sekadar dikenang lewat cerita, melainkan dihidupkan kembali lewat wujud nyata.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow
