Publikbicara.com — Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen pada triwulan II 2025 menuai sorotan.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio Nugroho, meragukan keakuratan data tersebut karena dinilai tak mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Dalam diskusi publik yang digelar Rabu (6/8/2025), Andry menyebut banyak sektor penyumbang PDB seperti industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi justru menunjukkan pelemahan.
Ia menyoroti perbedaan signifikan antara data BPS dan realitas di industri, termasuk lemahnya daya beli masyarakat dan fenomena “Rojali” (rombongan jarang beli).
Pertumbuhan sektor perdagangan 5,37 persen dan akomodasi makanan dinilai janggal, mengingat efisiensi belanja perjalanan dinas pemerintah.
Sementara itu, industri pengolahan diklaim tumbuh 5,68 persen, namun berbanding terbalik dengan data PMI yang menunjukkan kontraksi dua bulan terakhir.
Andry juga mempertanyakan lonjakan pertumbuhan subsektor mesin dan perlengkapan yang mencapai 18,75 persen, serta pertumbuhan investasi PMTB sebesar 6,99 persen, terutama dari komponen mesin dan perlengkapan yang melonjak 25,3 persen.
Padahal, data Kementerian Investasi menyebut realisasi investasi hanya tumbuh 12 persen.
“Jika data tidak sesuai dengan kondisi lapangan, kepercayaan publik terhadap data pemerintah bisa menurun,” pungkas Andry.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













