Publikbicara.com – Di usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, banyak pihak merayakan capaian pembangunan dan perkembangan demokrasi.
Namun bagi Wahyudi Chaniago, Ketua DPD KNPI Kabupaten Bogor, peringatan ini juga harus menjadi momentum refleksi bagi kalangan muda terutama dalam hal koherensi sosial.
“Pemuda adalah pengikat masa depan bangsa. Tapi tanpa koherensi sosial kesadaran kolektif untuk saling terhubung dalam nilai dan tujuan maka energi pemuda hanya akan jadi kekuatan yang saling membentur,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wahyudi Chaniago menjelaskan bahwa koherensi sosial dapat dipahami sebagai keterhubungan antarindividu dalam masyarakat, yang terikat oleh nilai, rasa saling percaya, dan kesadaran terhadap tujuan bersama.

Dalam konteks kepemudaan, koherensi sosial terlihat ketika para pemuda mampu melebur dalam satu cita-cita, meskipun datang dari latar belakang yang berbeda.
Menurut Wahyudi, koherensi sosial ini menjadi semakin penting di tengah tantangan zaman seperti polarisasi politik, penyebaran hoaks, dan meningkatnya individualisme akibat teknologi digital.
“Kita tidak kekurangan pemuda hebat, tapi kita kekurangan ruang dan nilai yang menyatukan mereka,” jelasnya.
DPD KNPI Kabupaten Bogor, lanjut Wahyudi, terus berupaya memperkuat pendidikan sosial bagi kalangan muda, terutama melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan, dialog lintas organisasi, dan kerja kolaboratif antar komunitas.

“Kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa pemuda bukan hanya untuk eksis, tapi untuk berguna. Tidak cukup menjadi viral, harus berdampak,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menyelaraskan semangat kemerdekaan dengan nilai spiritual dan kemanusiaan.
“Kalau dalam shalawat itu ada delapan permohonanampunan, kasih sayang, kekuatan, petunjuk, rezeki, kesehatan, dan maaf maka itu juga bisa menjadi nilai hidup bagi pemuda. Bukan hanya secara spiritual, tapi sosial.”
Sebagai bagian dari semangat kolektif kemerdekaan, Wahyudi juga mengajak seluruh elemen pemuda dan masyarakat untuk memasang bendera Merah Putih di setiap pelosok negeri.
Tak hanya sebagai simbol peringatan, tapi sebagai peneguhan jati diri dan pengingat bahwa perjuangan belum selesai.

“Pasang bendera bukan hanya seremonial. Itu adalah ikrar diam kita kepada bangsa bahwa kita masih peduli, bahwa kita siap melanjutkan perjuangan dengan cara kita masing-masing,” tegasnya.
Menurut Wahyudi, pemuda harus didorong untuk tidak hanya aktif secara individual, tetapi juga sensitif terhadap kondisi sosial sekitarnya.
Inilah yang dimaksud dengan ikhlas dalam perjuangan, berkontribusi tanpa pamrih, bukan demi panggung, melainkan karena kesadaran bahwa nasib bangsa adalah tanggung jawab bersama.
“Kalau kita bisa tumbuhkan budaya saling menguatkan di kalangan pemuda, saya yakin Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi,” imbuh Wahyudi.

Di tengah usia yang kian dewasa, kemerdekaan perlu dirawat dengan semangat kebersamaan, bukan hanya dirayakan.
Dari shalawat hingga simbol merah putih, dari kata hingga aksi nyata semuanya bermuara pada satu hal yakni, bangsa ini butuh pemuda yang bukan hanya kuat, tapi juga kompak dan sadar arah.
“Salam Pemuda, KNPI Bergerak, berdampak, bermanfaat,” tutup Wahyudi Chaniago.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













