Beranda News Konferensi Sastra Nasional JAKER 2025: Menggelorakan Perlawanan Lewat Kata, Menggapai Indonesia Adil...

Konferensi Sastra Nasional JAKER 2025: Menggelorakan Perlawanan Lewat Kata, Menggapai Indonesia Adil Makmur

Publikbicara.com — Jaringan Kebudayaan Rakyat (JAKER) kembali mengukuhkan perannya dalam membangun kesadaran kolektif bangsa melalui seni dan sastra.

Pada 4 Juli 2025 mendatang, organisasi kebudayaan rakyat ini akan menggelar Konferensi Sastra Nasional bertema “Sastra Bersama Rakyat Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur”sebuah tema besar yang menggugah semangat gotong royong dan perjuangan lewat kata-kata.

Konferensi ini bukan sekadar ajang literasi, tapi panggung bagi suara-suara yang lama terpinggirkan, suara rakyat.

READ  JAKER Apresiasi Film Animasi Jumbo, Bukti Anak Bangsa Mampu Bersaing

Sastra, dalam sejarah Indonesia, bukan hanya cermin perasaan, tapi juga senjata perlawanan. Dari syair-syair klasik hingga puisi-puisi perlawanan, karya-karya para sastrawan telah lama menjadi bagian dari denyut nadi perjuangan bangsa.

“Bagi kami, sastra bukan sekadar estetika, tapi juga etika komitmen untuk berpihak pada rakyat,” tegas panitia pelaksana JAKER dalam siaran persnya.

Harsa Permata. Ketua Panitia Koenfrensi Literasi

Sejarah sastra Indonesia menunjukkan peran vitalnya dalam menggerakkan kesadaran rakyat. Di masa kolonial, nama-nama seperti Marco Kartodikromo dengan Student Hidjo dan Semaoen dengan Hikayat Kadiroen menulis bukan untuk pujian, tapi untuk menggugah dan membakar semangat pembebasan.

Puisi Bertemu karya Armijn Pane, dengan kalimat tajam “Karena negeri digenggam bangsa asing”, menggambarkan kepedihan yang juga menjadi bahan bakar perjuangan.

READ  KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, Operasi SAR Gabungan Dikerahkan

Lompatan waktu membawa kita ke era Chairil Anwar, di mana sajak-sajaknya seperti Diponegoro dan Karawang-Bekasi menjadi gema perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan.

Lalu, saat Orde Baru berkuasa dan represi membungkam banyak suara, sastra kembali menjadi ruang pelarian dan perlawanan.

Nama-nama seperti W.S. Rendra (Sajak Sebatang Lisong) dan Wiji Thukul (Peringatan) muncul sebagai simbol keberanian. Baris legendaris Thukul, “Hanya ada satu kata: Lawan!”, menjadi mantra bagi gerakan mahasiswa dan rakyat tertindas.

JAKER: Menghidupkan Kembali Ruh Perjuangan Lewat Sastra

READ  Sukatani: Band Punk dari Purbalingga yang Menyuarakan Perlawanan Sosial

Dalam konteks hari ini, JAKER percaya bahwa sastra harus kembali pada akarnya: menyatu dengan denyut nadi rakyat.

Maka dari itu, konferensi nasional ini menjadi momentum penting untuk merumuskan ulang peran sastra dalam membangun Indonesia yang adil dan makmur, sesuai cita-cita kemerdekaan.

Konferensi ini tidak hanya akan menghadirkan pembacaan puisi dan diskusi sastra, tetapi juga dialog lintas generasi menghubungkan pejuangpejuang kata dari masa lalu dengan suara-suara baru dari generasi muda.

Para sastrawan dari berbagai daerah akan berkumpul, berdiskusi, dan menciptakan karya-karya yang tidak sekadar indah, tetapi juga membakar kesadaran dan semangat kolektif.

READ  Pemerintah Salurkan Beragam Bantuan: BSU Cair ke 2,45 Juta Pekerja, 22 Juta Keluarga Terima PKH dan Sembako

JAKER menekankan bahwa mewujudkan Indonesia Emas 2045 bukan hanya soal pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi juga pembangunan kesadaran dan karakter bangsa.

Budaya gotong royong, yang telah menjadi akar nilai bangsa, harus ditanamkan kembali melalui seni dan sastra. Dalam pandangan JAKER, sastra adalah medium strategis untuk membangkitkan kembali semangat persatuan dan solidaritas nasional.

Dengan semangat “Sastra Bersama Rakyat”, konferensi ini diharapkan menjadi titik tolak lahirnya karya-karya sastra yang bukan hanya menggugah hati, tapi juga menggugah aksi karya yang tidak hanya mencerahkan kepala, tetapi juga menggerakkan kaki rakyat untuk maju bersama.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakAwal Mula Negara Israel: Teror di Balik Sejarah, Jejak Kelam Terorisme Zionis Menuju Berdirinya Negara Israel
Artikulli tjetërBerikut Dahsyatnya Azab Kaum Sodom: Kisah Peringatan Abadi dari Nabi Luth AS