Publikbicara.com — Dalam sejarah Islam, kisah Nabi Luth AS bersama kaumnya di kota Sodom menjadi salah satu peringatan paling nyata atas kebejatan moral dan pembangkangan terhadap ajaran Allah SWT.
Kisah ini tercatat jelas dalam Al-Qur’an dan ditafsirkan secara mendalam oleh para ulama seperti Ibnu Katsir dalam karyanya Qashash Al-Anbiya.
Nabi Luth AS merupakan keponakan dari Nabi Ibrahim AS, yang diutus Allah SWT untuk berdakwah kepada penduduk kota Sodom ibukota negeri Gharzaghar yang kala itu terkenal sebagai masyarakat paling durhaka dan jahat di zamannya.
Diutus melalui jalur kenabian Ibrahim AS, Luth mengemban tugas berat yakni menyeru penduduk Sodom agar meninggalkan perbuatan keji dan kembali ke jalan tauhid.
Namun, kaum Sodom justru dikenal karena perilaku yang belum pernah terjadi di masa sebelumnya hubungan sesama jenis yang dilakukan secara terbuka, merampok, dan melakukan kemaksiatan tanpa rasa malu.
Bahkan, mereka menolak berhubungan dengan wanita dan terang-terangan menolak ajakan Nabi Luth untuk kembali ke jalan yang benar.
Setelah bertahun-tahun berdakwah tanpa hasil, Nabi Luth AS memohon pertolongan kepada Allah SWT. Doanya dijawab dengan kedatangan tiga malaikat yang menyamar sebagai lelaki tampan.
Sebelum ke rumah Luth, para malaikat ini terlebih dahulu menemui Nabi Ibrahim untuk mengabarkan dua hal: kelahiran anaknya yang dijanjikan dan kehancuran negeri Sodom.
Ketika malaikat tiba di rumah Nabi Luth menjelang senja, hanya keluarganya yang mengetahui. Namun, sang istri yang berpihak kepada kaumnya justru membocorkan kedatangan para tamu itu.
Tak butuh waktu lama, para lelaki Sodom berbondong-bondong mendatangi rumah Luth untuk memaksa masuk dan melakukan hal keji terhadap para tamu yang mereka anggap pria tampan luar biasa.
Luth AS berusaha menasihati mereka, tetapi sia-sia. Ketika keadaan genting, para malaikat mengungkapkan jati diri mereka, seperti disebut dalam Surat Hud ayat 81: “Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu. Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggumu.”
Malaikat Jibril lantas menghukum mereka dengan satu kepakan sayap yang menyebabkan kebutaan massal. Mereka pulang sambil meraba dinding dan mengancam akan membalas dendam.
Atas perintah Allah, Nabi Luth diperintahkan membawa keluarganya meninggalkan kota itu sebelum Subuh, tanpa menoleh ke belakang. Namun, istrinya dikecualikan karena ia termasuk kaum yang durhaka.
Ketika fajar menyingsing, tibalah azab yang dijanjikan. Allah SWT membalikkan kota Sodom dan enam kota lainnya yang menjadi bagian dari negeri itu.
Langit pun menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi, seperti tertulis dalam Surat Hud ayat 82–83. Setiap batu telah diberi tanda khusus, dengan nama siapa yang menjadi targetnya.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa malaikat Jibril mengangkat seluruh kota ke langit hingga suara ayam dan anjing terdengar oleh para malaikat di langit. Kemudian kota itu dibalik dan dihancurkan.
Jumlah penduduknya disebut bervariasi oleh ahli tafsir, mulai dari 400 hingga 400.000 jiwa, belum termasuk hewan ternak mereka.
Kisah Nabi Luth AS dan kaumnya bukan sekadar dongeng masa lalu. Ini adalah peringatan serius dari Allah SWT yang tercatat dalam banyak ayat Al-Qur’an.
Ia menjadi cermin bagi umat manusia untuk tidak mengulangi kesalahan sejarah terutama dalam melanggar fitrah, mengabaikan seruan kebaikan, dan menantang murka Tuhan dengan perbuatan keji yang dianggap biasa.
Pesan moral dari kisah ini sangat jelas, sebesar apa pun kedurhakaan, sebesar itu pula kemurkaan Allah SWT. Dan ketika peringatan tak diindahkan, maka azab bukan hanya mungkin terjadi, tetapi pasti.
“Dan sesungguhnya, (azab) itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS Hud: 83).***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













