Publikbicara.com — Subuh belum lama menyapa, namun jerit dan dentuman tanah telah lebih dulu membangunkan warga Kampung Bongas, Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung.
Di tengah gelap dini hari, Selasa (1/7/2025), hujan yang mengguyur semalaman seperti memendam amarah.
Dan pada pukul 04.00 WIB, amarah itu melepaskan diri: tebing penahan tanah setinggi empat meter ambruk, menghantam satu rumah warga hingga luluh lantak.
Di RT 04 RW 05, rumah itu berdiri tak jauh dari lereng. Kini, puing-puingnya berserakan—atap miring, dinding retak, dan perabotan yang sudah tak berbentuk.
Empat kepala keluarga yang mendiami rumah tersebut, dengan pakaian seadanya, harus mengungsi ke rumah kerabat.
Mereka meninggalkan tempat yang dulu dipenuhi suara tawa, kini tergantikan oleh diam dan debu.
Panjang longsoran yang mencapai 15 meter tak hanya meluluhlantakkan bangunan, tetapi juga mengguratkan ketakutan di benak warga lain.
Tanah basah dan labil masih mengintai dengan ancaman susulan. Di sekelilingnya, beberapa warga tampak berjaga-jaga, mata mereka tak bisa lepas dari lereng yang menganga itu.
Jani Nurjaman, Kepala Desa Kalongliud, menjadi salah satu yang pertama datang ke lokasi.
Dalam nada lelah namun tegas, ia mengatakan bahwa pihak desa telah segera berkoordinasi dengan unsur Muspika dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor.
“Pagi ini kita sudah melaporkan, dan BPBD akan turun langsung ke lokasi,” ucap Jani ketika dihubungi melalui telepon.
Tak hanya dari pemerintah, perhatian juga datang dari PT Antam, perusahaan tambang yang kerap menggunakan jalan tersebut sebagai akses utama ke wilayah operasionalnya.
“Mereka juga akan meninjau, karena akses ini penting bagi mobilitas perusahaan,” tambah Jani.
Meski longsor bukan kejadian yang sering di Kalongliud, namun curah hujan tinggi dalam beberapa minggu terakhir telah membuat tanah di sejumlah titik rawan goyah.
Banjir biasanya menjadi tamu musiman yang datang di wilayah ini, bukan longsor. Tapi pagi ini, sejarah bergeser.
“Hanya beberapa titik di Kalongliud yang rawan longsor. Tapi karena hujan deras terus-menerus, tanah jadi rentan,” jelas Jani lagi.
Hingga berita ini ditulis, belum ada korban jiwa yang dilaporkan. Namun bayang-bayang bahaya masih menggantung di udara, menunggu tindakan cepat dari pihak berwenang untuk menstabilkan lereng dan memberi rasa aman bagi warga yang tinggal di bawahnya.
Bagi empat keluarga yang kini mengungsi, rumah bukan lagi sekadar bangunan—tapi harapan yang tertimbun tanah, menunggu untuk dibangkitkan kembali.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













