Publikbicara.com — Di tengah gempuran teknologi dan budaya digital yang semakin membius generasi muda, sebuah fenomena unik justru terjadi di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Warga dari berbagai kalangan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa tampak setia memelihara sebuah warisan sederhana namun sarat makna permainan layang-layang.
Hampir sebulan terakhir, setiap sore puluhan warga asik beraktifitas memainkan layang-layang.
Salah satunya yang tapak di kawasan jembatan penghubung antara Desa Nanggung dan Pangkaljaya.
Bukan untuk berswafoto atau mengejar sinyal WiFi, tapi untuk menerbangkan layang-layang berbagai bentuk dan warna.
Sebuah pemandangan yang terasa ganjil di era layar sentuh dan algoritma, namun sekaligus menghangatkan hati.
“Saya datang dari Batutulis cuma buat nonton. Ini bukan sekadar mainan, ini hiburan yang sehat dan bagian dari budaya,” kata Rahman (48), yang rela menempuh jarak demi menyaksikan semangat kolektif yang langka itu.
Rahman menyebut permainan tradisional ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga menjadi semacam ‘perlawanan kultural’ terhadap dominasi teknologi yang membuat banyak anak terjebak dalam dunia maya tanpa batas.
Senada dengan itu, RM Dery, Bendahara Jaringan Kebudayaan Rakyat (Jaker) Kabupaten Bogor, menilai fenomena ini sebagai bentuk ketahanan budaya di tengah krisis identitas yang melanda generasi muda.
“Permainan layang-layang bukan hanya rekreasi, tapi juga terapi sosial. Ia menciptakan ruang interaksi nyata, meminimalisir kecanduan gadget, dan menjadi penyeimbang terhadap gaya hidup hedonistik yang makin menjangkiti masyarakat kita,” tegas Dery.
Ia mendorong pemerintah daerah dan komunitas lokal untuk lebih aktif memfasilitasi ruang-ruang budaya semacam ini, agar permainan rakyat tidak hanya sekadar kenangan, tapi hidup dan tumbuh sebagai gaya hidup alternatif.
Fenomena di Nanggung ini menjadi bukti, bahwa di tengah arus deras digitalisasi, ada sekelompok masyarakat yang memilih untuk tetap berpijak pada tanah, bukan sekadar terhubung ke awan.
Mereka tidak anti-teknologi, tapi tahu kapan harus memutus koneksi demi menyambung kembali pada akar.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













