Beranda News Azan Subuh dan Jeritan Tanah: Kesaksian dari Kampung Bongas yang Tertimpa Longsor

Azan Subuh dan Jeritan Tanah: Kesaksian dari Kampung Bongas yang Tertimpa Longsor

Publikbicara.com – Subuh baru saja memecah langit. Kumandang azan mengalun lembut dari surau kecil di tikungan Jalan Raya Antam Pongkor.

Tapi alunan itu mendadak bersahut dengan gemuruh yang tak biasa gemuruh tanah yang menyeret, menghantam, dan menghancurkan.

Selasa, 1 Juli 2025, pukul 04.30 WIB, sebuah tebing penahan tanah (TPT) setinggi empat meter longsor.

READ  Tebing Longsor di Kalongliud: Subuh yang Mengusir Empat Keluarga dari Rumahnya

Tanpa peringatan. Tanpa waktu untuk bersiap. Tebing itu runtuh tepat saat waktu salat Subuh tiba, dan langsung menimpa rumah milik Achmad Juansyah.

Di dalamnya, tiga kepala keluarga tengah bersiap menjalani hari. Total ada 13 jiwa.

“Pas kejadian, hujan cuma gerimis,” ucap Achmad, matanya sembab, suaranya parau. “Tapi pas azan Subuh, tiba-tiba tebing itu ambrol.” Ia sempat terdiam, seolah masih tak percaya apa yang barusan menghantam hidupnya. “Ini sudah yang kedua. Dulu bagian sebelah, sekarang yang ini.”

READ  Hashim Djojohadikusumo Wanti-Wanti Potensi Korupsi di Program Makanan Bergizi Gratis: "Ini Uang Besar, Harus Dikawal Ketat!"

Beruntung, tak ada nyawa yang melayang. Tapi rumahnya tempat anak-anak bermain, tempat orang tuanya duduk menikmati teh pagi kini hanya tumpukan puing.

Ayah Achmad sempat tertimpa reruntuhan. Tangannya lecet, tapi jiwanya masih utuh. Dan bagi Achmad, itu lebih berharga dari apa pun.

Namun luka batin tak semudah tanah yang longsor. Mereka kini tanpa tempat tinggal. Beratap langit, berlantaikan tanah basah. Tidur di tempat kerabat, menanti langkah nyata dari mereka yang berwenang.

READ  935 Warga Tewas dalam 12 Hari Perang Udara: Iran Tuduh Israel Lakukan Kejahatan Perang

Achmad sadar, rumah bisa dibangun kembali. Tapi jika akar masalah tak disentuh, musibah hanya tinggal menunggu giliran.

“Di atas sana nggak ada irigasi,” katanya. “Jadi kalau hujan turun, air langsung menghantam lereng. Nggak ada pengaliran. Itulah penyebab utamanya.”

Ia tak menuntut banyak. Tak marah. Hanya berharap—ada tindakan nyata, ada pembangunan sistem drainase, ada penguatan lereng.

“Kami butuh solusi. Bukan cuma bantuan rumah, tapi juga irigasi. Supaya kejadian kayak gini nggak terulang,” pintanya, pelan tapi dalam.

READ  Polri Perkenalkan 25 Robot Polisi di HUT Bhayangkara ke-79, Netizen: "Buat Apa?"

Sementara itu, petugas BPBD dan pemerintah desa sudah berada di lokasi. Mereka mendata, mengevakuasi puing, menyisir sisa longsoran.

Tapi bagi para korban, pendataan saja belum cukup. Yang dibutuhkan adalah jaminanbahwa tempat tinggal mereka tak lagi berdiri di atas waktu yang menunggu bencana.

Hingga berita ini diturunkan, tanah di Kampung Bongas masih lembap.

READ  Polri Perkenalkan 25 Robot Polisi di HUT Bhayangkara ke-79, Netizen: "Buat Apa?"

Suara tangis sudah tak terdengar, digantikan oleh desah napas yang memendam tanya, akankah azan Subuh berikutnya menyambut hari yang lebih tenang? Atau justru kembali disambut jeritan tanah?***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakTebing Longsor di Kalongliud: Subuh yang Mengusir Empat Keluarga dari Rumahnya
Artikulli tjetërAliansi Ormas Parungpanjang Lepas IPDA Ismanudin dengan Apresiasi dan Haru