Publikbicara.com – Sukajaya, Bogor, 26 Juni 2025 | Sebuah sekolah yang semestinya menjadi ruang aman untuk tumbuh dan belajar, kini justru berdiri di atas tanah yang terus bergerak, mengikis perlahan rasa aman para penghuninya.
SMP Negeri 1 Sukajaya, kebanggaan masyarakat Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, kini berada di ambang krisis.
Retakan-retakan besar membelah dinding-dinding ruang kelas. Lantai mulai bergelombang, sementara atap-atap melemah, seolah tak lagi mampu menyangga harapan.
Bangunan yang dulunya menjadi pusat semangat belajar generasi muda, kini berubah menjadi simbol kerapuhan akibat pergerakan tanah yang terus berlangsung tanpa solusi konkret.
“Ini bukan sekadar kerusakan ringan. Ini ancaman nyata,” ungkap Ujang Ruhyadi, tokoh masyarakat setempat yang dikenal dengan sapaan Apih Ujang, saat meninjau langsung kondisi sekolah, Rabu (25/6/2025).

Dengan tatapan penuh keprihatinan, Apih menyisir setiap sudut ruang kelas yang nyaris tak layak pakai.
Ia menegaskan, apa yang dilihatnya bukan sekadar soal bangunan retak, tapi sebuah darurat kemanusiaan yang tak bisa lagi diabaikan.
“Kalau ini dibiarkan, tinggal tunggu waktu sampai ada korban. Sekolah harus direlokasi. Bukan ditambal atau dibangun ulang di lokasi yang sama,” tegasnya.
Apih menyampaikan bahwa masyarakat tidak tinggal diam. Mereka bersedia turun tangan, mencari lahan alternatif hingga membantu proses relokasi.
Namun, ia menekankan bahwa inisiatif tetap harus datang dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.
“Ini tentang keselamatan anak-anak kita. Jangan tunggu tragedi, baru bertindak,” tambahnya.
Sementara itu, proses belajar mengajar tetap berlangsung. Anak-anak masih datang ke sekolah seperti biasa, membawa buku dan harapan di tengah bangunan yang makin melemah. Sebuah pemandangan yang sekaligus mengharukan dan mengkhawatirkan.
Ketika dinding sekolah mulai runtuh, semangat belajar mereka tetap tegak. Namun sampai kapan mereka harus bertaruh nyawa demi ilmu?
Pemerintah daerah dihadapkan pada pilihan tegas: bertindak cepat atau membiarkan masa depan mereka retak bersama fondasi sekolah yang rapuh.
Karena satu hal pasti harapan tak boleh ikut roboh hanya karena kelambanan mengambil keputusan.
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













