Publikbicara.com — Di tengah ketidakjelasan pembangunan ulang Pendopo eks Kewedanaan Jasinga yang mangkrak, sekelompok pemuda justru mengambil sikap berani.
Alih-alih menunggu janji pemerintah yang tak kunjung terealisasi, mereka menyulap bangunan setengah jadi itu menjadi ruang literasi publik bertajuk Sampiran Literasi.
Dengan mengusung tema diskusi sejarah, “Mengenal Monograf Karya Djoko Marihandono & Juwono: Perlawanan Rakyat Banten Melawan Imperialisme, Kepahlawanan Pangeran Mangkubumi Wargadierja.”

kegiatan ini menjadi tamparan keras bagi lambannya perhatian pemerintah terhadap aset budaya yang terbengkalai.
“Bangunan ini dibutuhkan masyarakat. Bukan hanya sebagai simbol sejarah, tapi juga ruang belajar generasi muda. Kalau negara abai, ya kami bergerak,” tegas R.M. Dery, salah satu penggagas kegiatan, pada Sabtu (7/6/2025).
Menurut Dery, kehadiran anak-anak yang ikut membaca dan berdiskusi di lokasi membuktikan bahwa minat literasi masih bisa dibangkitkan asal diberi ruang.

“Yang datang anak-anak lokal. Awalnya mereka cuma main, tapi saat lihat kita baca, mereka ikut gabung. Itu hal sederhana tapi besar artinya,” lanjutnya.
Kegiatan ini rencananya akan terus digelar sebagai bentuk perlawanan terhadap apatisme terhadap literasi dan sejarah lokal.
Pemuda tak mau hanya diam menunggu janji politik. Dery pun menyindir janji Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang konon akan membangunnya dengan megah.

Serta mengingkatkan Pemerintah Kabupaten Bogor tang memiliki jargon Sacangreud Pageuh, Sagolek Pangkek.
“Kalau serius, tunjukkan. Jangan cuma seremoni dan janji kosong,” tukas Dery.
Di tengah seruan revitalisasi budaya dan literasi, pemuda Jasinga justru sudah lebih dulu melangkah. Yang ironis, mereka berjalan di atas puing-puing janji pemerintah.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













