Publikbicara.com – Seni tradisional Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa, salah satunya adalah Tembang.
Di antara berbagai jenis Tembang, terdapat bentuk khas yang dikenal dengan nama Sampiran.
Tembang Sampiran bukan hanya karya sastra lisan semata, tetapi juga cerminan kearifan lokal dalam membangun kesadaran berpikir dan pola hidup masyarakat.
Apa Itu Tembang Sampiran? Secara umum, tembang Sampiran adalah bagian dari pantun atau puisi tradisional yang terdiri dari dua bagian, yaitu sampiran dan isi.

Sampiran biasanya berada di baris pertama dan kedua, berfungsi sebagai pengantar atau pembuka, sementara isi terdapat di baris ketiga dan keempat yang mengandung pesan utama.
Namun, dalam konteks akronim kata Sampiran, “Sareng Masyarakat Bangun Pola Pemikiran”, tuntunan dalan tontonan (Pertunjukan).
Tembang Sampiran berkembang menjadi sarana komunikasi budaya yang berfungsi sebagai medium untuk membentuk pola pikir masyarakat.
Ia tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat edukasi sosial dan refleksi nilai-nilai kehidupan.
Fungsi Sosial dan Budaya: Tembang Sampiran berfungsi sebagai jembatan antara tradisi dan perkembangan zaman.
Melalui tembang ini, nilai-nilai seperti gotong royong, kejujuran, sopan santun, hingga kecintaan terhadap alam dan tanah air disampaikan secara halus namun mengena.

Penyampaian yang ringan namun bermakna membuat tembang ini mudah diterima oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Selain itu, tembang ini sering digunakan dalam kegiatan masyarakat seperti pengajian, pertunjukan seni, atau acara adat.
Ia menjadi bagian dari ruang interaksi sosial yang mempererat hubungan antargenerasi, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal.
Membangun Pola Pemikiran Melalui Seni: Dalam era modern yang penuh tantangan, tembang Sampiran dapat dijadikan sebagai alat transformasi sosial.
Melalui lirik-lirik yang disisipkan pesan moral, masyarakat didorong untuk berpikir kritis, mengenali nilai-nilai kehidupan, dan membangun kesadaran kolektif.
Dengan pendekatan yang sederhana namun menyentuh, tembang ini mampu menyampaikan gagasan-gagasan besar seperti pentingnya pendidikan, toleransi, serta keberlanjutan lingkungan.

Penutup: Tembang Sampiran adalah warisan budaya yang tidak hanya indah dari segi bahasa, tetapi juga kaya makna.
Melalui pendekatan akronim kata Sampiran “Sareng Masyarakat Bangun Pola Pemikiran”, tembang ini dapat menjadi media strategis dalam memperkuat karakter bangsa dan membangun masyarakat yang berpikir kritis serta bertindak bijak.
Sudah saatnya kita menghidupkan kembali tembang-tembang tradisional sebagai bagian dari solusi kreatif menghadapi tantangan zaman.

Contoh tembang sampiran, Judul: “Tembang untuk Ingatan yang Terabaikan” Karya, Ra Dien
- Burung merpati terbang rendah,
- Hinggap di dahan dekat telaga.
- Bangsa besar kenal sejarah,
- Agar tak hilang arah dan jati dirinya.
- Mentari pagi bersinar cerah,
- Embun menetes di ujung ilalang.
- Jangan lupakan jejak sejarah,
- Karena di sanalah kita berpulang.
- Layang-layang naik ke udara,
- Benangnya putus tertiup badai.
- Bangsa yang lupa pada leluhurnya,
- Akan mudah hilang arah dan tergerai.
- Bambu runcing tersandar senyap,
- Di sudut museum yang sunyi sepi.
- Padahal darah para pejuang menjerit,
- Memanggil kita agar tak hanya mengagumi.
- Pelangi datang habis hujan,
- Warnanya indah penuh harapan.
- Sejarah bukan sekadar kenangan,
- Ia cermin untuk masa depan.
- Laut bergelombang menghantam karang,
- Tak gentar kapal yang punya haluan.
- Anak muda jangan sekadar bimbang,
- Gali sejarah, temukan kekuatan.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













