Beranda Daerah Tidak Banyak yang Tahu! Ini Makna Filosofis di Balik Kata Pare: Cerminan...

Tidak Banyak yang Tahu! Ini Makna Filosofis di Balik Kata Pare: Cerminan Budaya dan Nilai Kebersamaan Masyarakat Sunda

Publikbicara.com– Di balik kata Pare atau Padi, ternyata tersimpan makna filosofis mendalam yang merefleksikan budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda.

Dalam Kamus Bahasa Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg yang terbit pada tahun 1862, dijelaskan bahwa Pare merupakan tumbuhan yang memiliki ketinggian seragam dan menghasilkan buah secara merata.

Dari deskripsi ini, muncul makna simbolik bahwa Pare mencerminkan prinsip kesetaraan dan kebersamaan.

READ  BPOM Uji Vaksin TBC di Johar Baru, Berikut Ulasan Singkatnya

Kata pare juga dianggap sebagai kiasan dari papahare, yang dalam bahasa Sunda berarti berdampingan, sama rata sama rasa, serta saling meniru dalam hal kebaikan.

Ilustrasi papahare

Konsep ini kemudian berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat Sunda, yang salah satu perwujudannya adalah tradisi makan bersama secara sederhana, akrab, dan penuh kebersamaan.

Tradisi papahare atau juga dikenal dengan sebutan ngaliwet atau papadangan di beberapa daerah, merupakan kegiatan makan bersama dengan menu sederhana hasil masakan sendiri.

Kegiatan ini biasanya dilakukan di ruang terbuka seperti sawah, kebun, atau teras rumah.

READ  Danau Berwarna Merah Darah Ini Bikin Takjub! Bukan Pewarna Buatan, Tapi Fenomena Alam

Tradisi ini tak sekadar soal makan, tetapi juga menjadi momen mempererat silaturahmi, berbagi rezeki, dan menumbuhkan rasa syukur atas karunia alam.

Menariknya, dalam khazanah kearifan lokal Sunda, terdapat cerita bahwa nenek moyang orang Sunda pernah hidup tanpa mengenal padi, namun hidup dalam prinsip jegeng, yang berarti “hidup itu kudu apik”  hidup harus dijalani dengan baik, penuh etika dan kebersamaan.

Seiring perkembangan zaman dan sistem pertanian, padi atau pare mulai ditanam di lahan irigasi dan dikenal sebagai pare sawah, atau di dataran tinggi yang mengandalkan air hujan dan disebut pare humah atau pare pasir.

READ  Kalimantan Timur Disiapkan Jadi Lumbung Pangan Baru, Kementan Pacu Program Strategis

Perkembangan ini bukan hanya mencerminkan kemajuan dalam teknik bercocok tanam, tetapi juga menunjukkan adaptasi budaya Sunda yang senantiasa selaras dengan alam.

Melalui filosofi dan tradisi yang melekat pada Pare, masyarakat Sunda mengajarkan nilai kesederhanaan, persamaan, dan semangat gotong royong yang relevan hingga kini.

Sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan dan dijadikan inspirasi di tengah kehidupan modern yang kerap terasingkan dari nilai-nilai kebersamaan seperti Pare.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakBPOM Uji Vaksin TBC di Johar Baru, Berikut Ulasan Singkatnya
Artikulli tjetërProduksi Perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk Resmi Dimulai, Indonesia Mantap Perkuat Ketahanan Energi Nasional