Publikbicara.com – Leuwiliang, Bogor, (15/05/2025), di kawasan Leuwiliang di Kabupaten Bogor menyimpan jejak sejarah geologi luar biasa yang kini menjadi bagian penting dari Geopark Nasional Bogor Halimun Salak.
Struktur geologi purba yang dikenal sebagai Antiklinorium Leuwiliang ini dijuluki sebagai The Golden Heart of West Java karena nilai ilmiah dan keindahan alamnya yang menakjubkan.

Sekitar 23 juta tahun yang lalu, wilayah Leuwiliang dan sekitarnya merupakan lautan luas dengan kedalaman berkisar antara 80 hingga 200 meter di bawah permukaan laut.
Seiring berjalannya waktu, proses geologi berupa pergerakan lempeng dan aktivitas tektonik menyebabkan batuan dasar laut ini terangkat ke permukaan, membentuk daratan.
Selama proses pengangkatan tersebut, batuan mengalami pelipatan yang menghasilkan formasi bukit dan lembah.

Dalam ilmu geologi, lipatan batuan yang membentuk puncak disebut “antiklin”, dan jika terdapat banyak antiklin yang saling berdekatan, maka struktur tersebut dinamakan “antiklinorium”.
Peristiwa geologi terus berlanjut. Sekitar 1,8 juta tahun lalu, terbentuklah Gunung Dahu dan berbagai batuan vulkanik lainnya yang menutupi struktur antiklinorium Leuwiliang.

Seiring waktu yang sangat panjang, proses pelapukan dan erosi membentuk lembah-lembah alami, dengan barisan puncak bukit di sisi utara dan selatan.
Kini, struktur Antiklinorium Leuwiliang menjadi salah satu warisan geologi penting di Taman Bumi Nasional Halimun Salak.
Keunikan ini tidak hanya memberikan wawasan ilmiah tentang sejarah bumi, tetapi juga memperkaya potensi wisata edukatif dan konservasi di wilayah Bogor.

Para ahli geologi dan pemerhati lingkungan menganggap kawasan ini sebagai laboratorium alam terbuka yang mampu mengedukasi masyarakat tentang dinamika geologi, pentingnya pelestarian alam, serta potensi pariwisata berbasis pengetahuan.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













