Publikbicara.com– Di tengah tantangan serangan hama tikus yang terus menghantui para petani, burung hantu jenis Tyto alba muncul sebagai pahlawan tak terduga di lahan pertanian.
Burung pemangsa malam ini terbukti mampu memangsa 2 hingga 4 ekor tikus per hari, atau sekitar 1.300 ekor tikus dalam setahun.
Tak heran jika burung hantu kini dilirik sebagai solusi hayati yang efektif dan ramah lingkungan.
Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama alami memberikan angin segar bagi dunia pertanian.
Selain mampu menekan populasi tikus tanpa bahan kimia, kehadiran burung hantu juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem sawah.
“Ini salah satu contoh sukses pendekatan ekologis. Kita belajar dari alam untuk menjaga alam,” ujar seorang penyuluh pertanian.
Langkah ini sejalan dengan upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan di Indonesia, yang tidak hanya fokus pada produktivitas, tetapi juga kelestarian lingkungan.
Dengan mengurangi ketergantungan pada racun kimia, petani pun semakin sadar akan pentingnya sistem pertanian yang bersinergi dengan alam.
Program konservasi dan pelepasan burung hantu mulai diterapkan di beberapa daerah, termasuk di kawasan pertanian organik dan lahan persawahan yang rentan serangan hama.
Harapannya, model ini dapat diperluas ke seluruh Indonesia sebagai bagian dari transformasi pertanian yang lebih hijau.**
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













