Publikbicara.com– Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%–4,5% dalam pertemuan terbarunya pada Rabu (7/5) waktu setempat.
Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar dan analis global yang memprediksi sikap hati-hati The Fed di tengah ketidakpastian ekonomi.
Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi persnya menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah tekanan inflasi atau tingkat pengangguran yang akan menjadi tantangan utama dalam waktu dekat.
Ia menyebut bahwa The Fed akan tetap bersabar dan menunggu sinyal lebih jelas dari arah kebijakan fiskal dan perdagangan pemerintah AS.
“Kami tidak dalam posisi untuk terburu-buru menyesuaikan suku bunga. Kami membutuhkan data dan kejelasan lebih lanjut, khususnya terkait arah kebijakan perdagangan,” ujar Powell.
Meski The Fed menahan suku bunga, pasar tetap memproyeksikan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) hingga akhir tahun 2025.
Proyeksi ini mengacu pada data terkini dari CME FedWatch Tool per Kamis (8/5) kemarin, yang menjadi salah satu acuan utama investor dalam membaca arah kebijakan moneter AS.
Keputusan The Fed ini menjadi sorotan karena akan memengaruhi arah pasar global, termasuk Indonesia.
Dengan bunga acuan yang tetap tinggi, investor cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan, khususnya di pasar obligasi dan saham.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













