Publikbicara.com – Dulu, di sebuah masa yang kini hanya tinggal kenangan, semangat itu membakar.
Ia menyala di dada para pemuda, di lorong-lorong diskusi, di rapat-rapat kecil penuh mimpi besar.
Dimana, api idealisme menyulut harapan bahwa perubahan bukan sekadar kata, melainkan janji yang diikat oleh keberanian.
Namun kini, yang tersisa hanya sumbu pendek. Mudah tersulut, cepat meledak, lalu padam tanpa bekas.
Tak ada lagi nyala panjang yang menghangatkan arah perjuangan.

Yang tertinggal hanyalah abu hitam, dingin, dan penuh jejak ketergesaan.
Idealisme digantikan pragmatisme. Suara-suara lantang kini lebih sering memekakkan daripada memberi arah.
Dan di tengah reruntuhan itu, rakyat menunggu. Mereka tak lagi menoleh pada panggung-panggung penuh sorak atau baliho-baliho raksasa yang menjanjikan langit.
Mereka menanti dalam diam, bukan pada yang paling keras bersuara, tapi pada yang masih setia mendengarkan bisikan nurani.
Pada mereka yang berjalan pelan namun pasti, yang tak menukar integritas dengan popularitas.
Pertanyaannya kini sederhana, tapi menohok, apakah kamu masih ada di sana? Masihkah kamu bagian dari nyala yang dulu?

Ataukah sudah turut padam, menjadi bagian dari debu yang bertebaran di jalan-jalan penuh janji usang? Jasinga: 03 Mei 2025, Juang:05 RD.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













