Beranda News Mitra BGN Bekerja Demi Pahala, Bukan Keuntungan: Ujar Wakil Ketua Yayasan Gerakan...

Mitra BGN Bekerja Demi Pahala, Bukan Keuntungan: Ujar Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional

Publikbicara.com — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) tengah berjalan masif di berbagai daerah.

Namun di balik keberhasilan menjangkau jutaan siswa, muncul tudingan miring terhadap yayasan mitra pelaksana.

Mereka dituding mencari keuntungan pribadi lewat dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelola.

READ  Menelusuri "Harta Karun" Suhe: Dosen Malang dengan Koleksi Jersey Langka Arema

Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional, Nanik S Deyang, membantah keras tudingan tersebut.

Menurutnya, menjadi mitra dalam program ini bukanlah ladang bisnis, melainkan ladang amal.

“MBG bukan proyek bisnis, ini adalah proyek kemanusiaan. Menjadi mitra BGN bukan untuk yang cari untung, tapi untuk yang cari pahala,” tegas Nanik seperti dikutip dari akurat.co.id Rabu, 23 April 2035.

READ  Menelusuri "Harta Karun" Suhe: Dosen Malang dengan Koleksi Jersey Langka Arema

Ia mengungkapkan bahwa margin keuntungan dalam operasional satu dapur SPPG nyaris tidak ada.

Kenaikan harga bahan pokok, ongkos distribusi, hingga kebutuhan operasional sehari-hari menyedot hampir seluruh anggaran yang tersedia.

“Kalau dapurnya masih bisa bertahan tanpa terbebani pemalakan oleh oknum di lapangan saja, itu sudah syukur,” tambahnya.

READ  Jejak Para Pahlawan di Ruas Jalanan Kabupaten Bogor: Bupati Rudy Susmanto Resmikan Sejumlah Jalan dengan Nama Pahlawan

Nanik juga menekankan bahwa pengelolaan dana program ini sangat ketat. Setiap SPPG dijalankan oleh tiga personel tetap dari BGN:

Kepala SPPG (lulusan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia), ahli gizi yang menentukan menu harian, serta akuntan yang memastikan efisiensi anggaran.

Dana pun disalurkan melalui rekening virtual account (VA) bersama atas nama yayasan dan BGN, yang hanya bisa dicairkan dengan dua tanda tangan — satu dari yayasan dan satu dari BGN. Sistem ini, kata Nanik, menutup celah korupsi atau penyalahgunaan dana.

READ  Jejak Para Pahlawan di Ruas Jalanan Kabupaten Bogor: Bupati Rudy Susmanto Resmikan Sejumlah Jalan dengan Nama Pahlawan

Ia juga menyoroti bahwa kontrak kemitraan bersifat tahunan dan tanpa jaminan perpanjangan, membuat program ini lebih mirip gerakan gotong royong berskala nasional ketimbang proyek formal jangka panjang.

“Yayasan yang terlibat tidak sedang berdagang. Mereka mengambil peran besar dengan risiko tinggi, demi satu tujuan: masa depan anak-anak Indonesia yang sehat dan cerdas,” ujarnya.

Nanik pun mengajak masyarakat untuk menghargai semangat gotong royong dalam program MBG.

Ia berharap, publik tidak cepat curiga terhadap pihak yang terlibat dalam program sosial berskala besar seperti ini.

READ  Ketika Emak-Emak Lebih Militan dari Pemuda Elitis: Storytelling Perjuangan Masyarakat Jasinga Rekonstruksi Pendopo Eks Kewedanaan

“Sudah saatnya kita ubah cara pandang. Jangan patahkan semangat mereka yang bekerja demi kebaikan bersama,” pungkasnya.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakMenelusuri “Harta Karun” Suhe: Dosen Malang dengan Koleksi Jersey Langka Arema
Artikulli tjetërWali Kota Bogor Segera Lakukan Rotasi Eselon 2, DPRD Ingatkan Soal Objektivitas dan Transparansi