Publikbicara.com – Langit Cibinong pagi itu cerah. Angin sejuk berhembus lembut dari arah Gunung Salak, seolah turut menyambut langkah Bupati Bogor, Rudy Susmanto, yang perlahan menapaki area Stadion Pakansari.
Hari itu, Selasa (22/4/25), bukan sekadar rutinitas seremonial. Ada sesuatu yang lebih dalam, sebuah penghormatan, sebuah pengingat akan jasa-jasa yang tak boleh lekang dimakan zaman.
Di hadapan para tamu dan pejabat, Rudy berdiri tegap, matanya menyapu kawasan stadion yang kini semakin megah.
Dengan suara tenang namun penuh makna, ia mengumumkan nama-nama baru bagi sejumlah ruas jalan di sekitar Pakansari.
“Jalan ini, mulai hari ini, akan kita kenang sebagai Jalan Soekarno-Hatta,” ujarnya sembari menunjuk ke arah ruas jalan Sentul–Kandang Roda.
Diikuti oleh penamaan Jalan Jenderal Sudirman dari Kandang Roda menuju Pakansari, Jalan Eddy Yoso dari Jalan Tegar Beriman menuju stadion, dan Jalan Raden Ipik Gandamana yang mengelilingi lingkar luar Pakansari.
Tak ketinggalan, ruas dari Ciawi ke Gadog kini resmi menyandang nama Jalan Jenderal Hoegeng.
Penamaan itu bukan tanpa alasan. Bagi Rudy, jalanan bukan sekadar jalur penghubung antartitik.
Ia adalah lembar sejarah yang dapat ditulis ulang, tempat nama-nama besar bangsa diabadikan dalam denyut kehidupan masyarakat.
“Kita sebagai bangsa yang besar tak boleh lupa pada mereka yang sudah lebih dulu berjuang.
Jalan-jalan ini akan menjadi pengingat abadi, bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dibayar mahal dengan pengorbanan,” tutur Rudy, suaranya mengandung rasa hormat yang dalam.
Tak hanya jalan, Rudy juga mengumumkan rencana penamaan fasilitas olahraga.
Lapangan Tenis Indoor di kawasan Pakansari akan diberi nama Lapangan Tenis Kapten Muslihat, sebagai bentuk penghargaan kepada pejuang lokal yang namanya telah lama hidup di hati warga Bogor.
Namun, Rudy juga memahami bahwa perubahan tidak bisa dipaksakan.
Ia menegaskan bahwa proses administratif terkait penamaan ini akan dilakukan secara bertahap, agar tidak mengganggu layanan masyarakat.
“Perubahan ini bukan untuk menyulitkan, tapi untuk menyatukan kita dengan sejarah. Maka dari itu, akan ada masa transisi, supaya semua bisa beradaptasi secara nyaman,” tambahnya.
Hari itu, langkah-langkah Rudy di kawasan Pakansari terasa seperti menorehkan huruf demi huruf di buku besar sejarah Kabupaten Bogor.
Jalan-jalan yang dulunya tanpa nama kini membawa cerita, semangat, dan jejak para pahlawan.
Dan kelak, ketika anak-anak melintas di jalan Soekarno-Hatta atau bermain tenis di Lapangan Kapten Muslihat, mereka akan bertanya, “Siapakah mereka?” dan di sanalah sejarah kembali hidup.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













