Publikbicara.com – Malam mulai merangkak naik, menggantikan jejak surya yang perlahan tenggelam di ufuk barat.
Di Masjid At-Taqa, Kampung Ciguha, suasana khusyuk masih menyelimuti para jamaah yang baru saja menunaikan trawih bersama Wakil Bupati yang beragenda Tarawih Keliling (Tarling).
Hening sejenak, sebelum kemudian pecah oleh percakapan hangat yang menggema di serambi masjid.

Di tengah percakapan itu, terselip satu ungkapan penuh makna dari Wakil Bupati Bogor, Jaro Ade. Sebuah harapan yang berpendar seperti lentera dalam gelap.
Kampung Ciguha, yang selama ini dikenal sebagai bagian dari kawasan pertambangan, digadang-gadang menjadi cikal bakal destinasi wisata oleh Wabup.

Sebuah mimpi yang bukan tanpa alasan, tetapi tumbuh dari keyakinan dan tekad untuk membawa perubahan.
Ungkapan itu bukan sekadar angan. Ia lahir dari kesadaran bahwa keberadaan tambang memiliki batas usia.
Suatu hari nanti, Antam akan menyelesaikan operasionalnya, dan ketika saat itu tiba, Ciguha tak boleh kehilangan cahaya.

Maka, sejak sekarang, benih harapan harus ditanam, agar kelak mekar menjadi kebanggaan.
Visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Bogor seolah menemukan ruhnya di sini—membangun kampung, bukan hanya dalam arti fisik, tetapi juga dalam semangat dan martabat.

Alam yang selama ini hanya menjadi saksi bisu kesibukan tambang, kini mulai dipandang dengan cara berbeda. Hutan, sungai, dan perbukitan tak lagi sekadar lanskap, tetapi potensi.
Malam di Ciguha tak lagi sekadar gelap. Di balik keheningannya, ada mimpi-mimpi yang terus menyala, menunggu fajar untuk mewujud nyata.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













